4 Tipe Rumah Jawa Masa Lampau, Banyak di Pinggiran Hutan Jati

Rumah joglo/Sumber: bangunrumah

Bagi masyarakat Jawa di masa lampau, rumah bukanlah sekadar tempat berteduh dari panas dan hujan. Lebih dari itu, rumah mempunyai banyak arti yang ditunjukkan lewat bentuk rumah yang dibangun. Rumah jawa pun mengundang banyak penelitian.

Dalam buku Narpawandana 7, 1 Juli 1933, sebagaimana dikutip Warto dalam catatan kaki di buku ‘Desa Hutan dalam Perubahan’, disebutkan sejatinya bentuk rumah di Jawa ada empat. Yakni joglo, limasan, kampung, dan masjid. (hal: 67). Sementara pawon, pringgitan, gandok, kandang, dan sebagainya hanyalah sebutan sesuai fungsinya.

Warto, sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang banyak meneliti masyarakat Jawa, terutama kawasan hutan jati wilayah Rembang, menyebut, untuk masyarakat Jawa sekitar hutan ada 4 tipe rumah. Yakni (a) bekuklulang, (b) grojokan atau drojogan, (c) dorogepak atau limasan (d) joglo atau bucu.

Baca Juga:  Rahasia Kemangi: Mudah Ditanam, Enak Dicampur Sambal, dan Banyak Khasiat

Dalam buku Desa Hutan dalam Perubahan (2009) disebutkan bahwa rumah tipe bekuklulang adalah tipe rumah paling sederhana. Cara membuatnya pun cukup mudah. Pada masa lalu tipe rumah ini atapnya terkadang memakai daun jati. Namun kebanyakan sudah menggunakan genting.

Sementara rumah tipe grojogan lebih banyak membutuhkan bahan. Cara membuatnya juga lumayan rumit. Rumah tipe ini biasanya dihuni oleh masyarakat miskin tapi dengan jumlah keluarga agak besar. Berbeda dengan rumah tipe bekuklulang yang dihuni keluarga kecil.

Baca Juga:  Tabayun: Pengarang Taisirul Khollaq, Hafidz Hasan Al-Mas’udi Ternyata Bukan Al-Mas’udi (896–956 M)

Agak “naik” lagi adalah rumah tipe dorogepak atau limasan. Pemiliknya biasanya lebih kaya. Bahan dan cara membuatnya lebih memerlukan biaya. Dan tipe rumah terakhir adalah tipe joglo atau bucu. Rumah ini sangat kokoh dan biasanya milik orang kaya. Rumah bucu biasanya dimiliki orang tokoh desa, petani kaya, atau pedagang kaya.

Tipe-tipe rumah yang ada di pinggiran hutan jati itu bisa menunjukkan kekayaan seseorang. Jika mempunyai rumah tipe bekuklulang maka orang tersebut kemungkinan besar warga miskin. Sedang jika rumahnya limasan atau bucu, kondisi ekonominya makin baik.

Hal ini berbeda dengan tipe rumah yang saat ini berkembang dan banyak dipengaruhi budaya luar. Tipe rumah saat ini kebanyakan dari tembok batu bata. Ukuran kaya atau miskin biasanya hanya diliat dari megah atau tidaknya rumah tersebut. Meski hal itu tak sepenuhnya selalu benar.

Baca Juga:  Aryya Surung Seorang Pahlawan Majapahit Asal Bojonegoro?

Sementara itu, rumah joglo disebutkan mempunyai banyak varian. Diantaranya joglo witono, tawon bumi, pangrawit, padaringan kebak, semar tinandhu, cempurung, kepuhan, ceblokan, dan jabungan. Varian-varian rumah joglo tersebut mempunyai makna-makna yang berbeda.   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *