Usai sahur pagi tadi, tiba-tiba saya ingin berselancar di dunia maya melalui FB. Berharap ada jadwal streaming “ngaji online” yang belakangan ini memang sudah membudaya. Saat berselancar, di tengah beranda FB langsung tertarik dengan status salah satu kakak kelas saya waktu kuliah di UIN SUNAN AMPEL Surabaya.
Statusnya simpel tapi menarik untuk dibaca memberi anggapan bahwa ada seseorang yang diduga plagiat dan akunnya langsung menghilang. Awalnya, saya tidak tahu untuk siapa dugaan itu ditujukan sampai saya membaca komentar-komentar di bawahnya yang mengarahkan saya mencari akun “Afi Nihaya Faradisa”. Anak yang saat ini lagi naik daun dengan tulisan viralnya berjudul “Warisan”.
Setelah saya cari, ternyata benar, akun FB Afi tidak bisa saya temukan. Saya mengkrosceknya dan hasilnya persis dengan screenshoot yang ditampilkan di bawah status kakak kelas saya tadi. Padahal, beberapa hari lalu saya masih bisa membaca status-status Afi dari tulisan akun FB (bukan FansPage) yang dishare oleh Mbak Ienas Tsuroiya. Ternyata, sekarang akun FB Afi benar-benar hilang dan yang ada hanya FansPage atas nama Afi. Karena saya masih tidak percaya, saya utek-utek lagi status yang pernah dishare Mbak Ienas dan hasilnya nihil.
Timbul perasaan “skeptis” apa benar Dek Afi plagiat. Jujur, perasaan ini sedikit membawa saya ikut arus dan menyayangkan hal itu kalau memang kenyataannya benar. Namun, masih ada sisi hati saya ingin membuktikan bahwa dugaan itu salah. Akhirnya, saya seacrh Google terkait hal itu dengan kata kunci “Afi Nihaya Faradisa”. Hasilnya, saya menemukan beberapa portal online (termasuk kaskus) membicarakan terkait hal ini. Berawal dari tulisan berjudul “Drama “Dugaan” Plagiarisme Afi Nihaya Faradisa di Kompasiana, Dek Afi diduga plagiat.
Tulisan itu pun tersebar di portal-portal online, ironisnya pembaca mayoritas mengamini bahwa Dek Afi sungguh-sungguh pelaku plagiat dengan menjiplak status Mita Handayani tertanggal 30 Juni 2016. Tanpa ada kroscek atau diskusi lebih lanjut. Kesimpulan itu mudah sekali diamini yang lain. Apalagi tulisan yang tersebar di portal-portal yang itu lengkap dengan screenshoot tulisan Afi berjudul “Belas Kasih Dalam Agama Kita” dibandingkan dengan tulisan Mita Handayani berjudul “Agama Kasih”.
“Duh, sayang sekali, kalau memang begitu,” pikirku.
Aku sempat sejenak percaya. Namun, akhirnya, naluri kecilku masih tidak percaya dan ingin mencari pembenaran dengan mengkroscek langsung akun Mita Handayani. Saya langsung bisa membaca status-status Mita Handayani meski tidak berteman dan memfollow akunnya. Dari hal ini saya sedikit yakin ada yang tidak beres dengan tulisan di Kompasiana. Sebab, di dalam tulisannya dia menulis:
“Dengan alasan pemaaf seperti itu, mungkin Mita memaafkan dia sehingga sekarang (karena saya tak berteman dengannya), saya tak bisa menemukan tulisan yang diunggah pada 30 Juni 2016 itu. Di status terbarunya, Mita malah mendefinisikan dirinya sebagai “I’m a proud senior” karena Afi menjadi momentum yang menyebarkan pemikirannya. Biarlah saya tidak dikenal, tapi pemikiran saya dibaca dan dipahami oleh banyak orang. Mungkin seperti itu.,”
Karena penasaran apa benar tulisan Mita Handayani tanggal 30 Juni 2016 sebagaimana tulisan screenshoot yang tersebar dan dibandingkan dengan tulisan Afi, saya membuka kronologi Mita hingga tanggal 30 Juni dan hasilnya…Eng ing Eng, tulisan sebagaimana dipublikasikan untuk menuduh Dek Afi plagiat itu tidak ada.
Pada tanggal 30 Juni Mita hanya mengunggah 1 tulisan dalam statusnya dan judulnya bukan “Agama Kasih” tapi “Lampu Sang Khalifah”.
Alaheeeem…ternyata begitu mudahnya berita hoax itu menyebar. Dan tentunya menyasar orang-orang yang mudah percaya dengan informasi yang tersebar tanpa mengkroscek kebenarannya.
Tulisan ini bukan ingin mengadili siapa pun tapi untuk menjadi pelajaran, khususnya bagi diri saya sendiri untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di Medsos.
Dari pengalaman ini pula saya tahu bahwa Hoax bisa tersebar dengan sistematis dan terstruktur, sehingga dengan mudah mengelabui pembaca yang malas mengkroscek kebenarannya.
Tulisan ini hanya awal. Semoga saja benar Dek Afi Nihaya Faradisa bukan pelaku plagiat. Karena dosa terbesar seorang penulis adalah “plagiat”. Saya masih belum mendapat bukti tentang dugaan itu.
Saya tidak tahu mana kebenaran yang sesungguhnya. Karena, siapa menulis paling awal di FB ternyata juga bisa direkayasa. Fenomena Afi Nihaya Faradisa memang sedang dikepung hoax, dan kita perlu berhati-hati untuk tidak menelan mentah-mentah semua informasi yang menyebar di dunia maya.
_________
*) Penulis adalah ibu rumah tangga, tinggal di Jakarta. Lulusann S2 UIN Sunan Ampel Surabaya.