Siapa yang menginginkan musibah? Tentu saja tidak ada. Tapi, jika musibah datang, maka yang bisa dilakukan adalah bersabar dan berusaha untuk bangkit. Dan musibah akan terasa enteng, jika orang-orang di sekitar mengulurkan tangan peduli.
Mungkin, itulah gambaran apa yang menimpa Wakiran (65) petani di Dusun Mojo, Kecamatan Mojodelik, Bojonegoro. Rumah yang ditinggalinya dilalap api Senin (15/6/2020). Wakiran dan keluarganya memang selamat, tapi harta bendanya habis. Kerugian ditaksir Rp 60 juta.
Akan tetapi kepedulian pada nasibnya yang ditimpa musibah sedikit terobati. Rabu (17/6/2020), Pemerintah Kecamatan Gayam, bersama jajaran Posramil 0813-18, Polsek, Pemerintah Desa (Pemdes) Mojodelik, dan warga sekitar langsung turun tangan. Mereka gotong-royong mendirikan rumah petani yang terbakar.
Semua orang dari berbagai latar belakang bahu membahu membantu mendirikan rumah. Camat Gayam Agus Hariana Panca Putra menyampaikan, gotong-royong yang dilaksanakan ini wujud sinergitas pemerintah, TNI/Polri dan masyarakat. “Sekaligus bentuk kehadiran negara di tengah-tengah warga yang terkena musibah,” tegas Agus.
Sementara Kepala Desa Mojodelik, Yuntik Rahayu, menyampaikan ucapan terima kasih kepada jajaran Forkopimcam Gayam dan masyarakat yang turut turun langsung bergotong-royong memperbaiki rumah warganya.
Dalam kegiatan ini, Pemerintah Desa Mojodelik memberikan bantuan pendirian rumah kayu dengan ukuran 4×10 meter, serta bantuan sembako dari Forkopimcam Gayam.
“Budaya goyong-royong ini terus kita pertahankan. Karena hal ini menjadi modal untuk membangun Desa Mojodelik menjadi lebih baik lagi kedepannya,” pungkasnya. Akibat peristiwa itu, rumah Wakiran semi permanen dengan ukuran 8×8 meter, 15 karung gabah dan perabotan rumah tangga terbakar.
Masyarakat kampung memang dikenal sangat toleran dan saling membantu antar sesama. Mereka masih memegang teguh adat gotong royong, kebersamaan, dan jiwa saling membutuhkan. Aksi gotong royong seperti ini sudah mulai langka di tengah arus deras modernitas. Masyarakat Mojodelik membuktikan bahwa gotong royong masih mereka pegang erat.