Bedander Tempat Pengungsian Raja Majapahit Itu di Bojonegoro atau Jombang?

Sarasehan Mbedander/ Sumber: Humas Pemkab Bojonegoro

Cerita bermula dari sebuah pemberontakan yang dipimpin Ra Kuti pada tahun 1241 Saka atau 1319 Masehi. Raja Majapahit Jayanegara terpaksa diungsikan dengan pengawal terbatas ke Bedander. Gajah Mada yang saat itu ‘berpangkat’ Bekel memimpin aksi penyelamatan Raja Majapahit tersebut.

Cerita 701 tahun lalu, kini masih diselimuti kabut sejarah, terutama rute perjalanan aksi penyelamatan tersebut. Di mana Bedander yang menjadi tempat pengungsian Raja Jayanegara?

Untuk menelisik hal itu, Sabtu (26/9/2020) Pemkab Bojonegoro menggelar sarasehan sejarah. Temanya tentang Bedander, yakni ‘Mbedander The Corner of Majapahit’. Acara digelar di Gedung Angling Darma, Pemkab Bojonegoro. Guru Besar Arkeologi Indonesia di Departemen Arkeologi UI, Agus Aris Munandar dan Alumni Arkeologi UGM sekaligus Dosen Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi hadir jadi narasumber.

Kabupaten Bojonegoro jelas berkepentingan. Salah satu kecamatan di Bojonegoro adalah Dander. Apakah Dander adalah Bedander yang dimaksud dalam Kitab Pararaton dan Nagarakartagama? Dander berada di kawasan sekitar hutan. Agak ke selatan, Kecamatan Ngasem terdapat Kahyangan Api, yakni situs api abadi yang diercaya juga berkaitan dengan Kerajaan Majapahit.

Baca Juga:  Sosrodilogo dan “Che” Bojonegoro

Pada pojok lain, ada perspektif berbeda, bahwa Bedander berada di Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

Agus Sunyoto, seorang periset sejarah yang banyak menulis buku menjelaskan letak Desa Bedander di Kabuh lebih cocok jika dibanding Kecamatan Dander di Bojonogoro. Beberapa data pendukung diantaranya peninggalan struktur batu-bata kuno di desa tersebut.

Juga ada makam Nyai Andongsari di utara Desa Bedander. Nyai Andongsari konon ibu dari Gajah Mada. “Lokasinya ada di Dusun Cancing Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan,” ungkap Agus dikutip dari Radar Kediri edisi 12 September 2019.

Sarasehan Mbedander

Balik ke sarasehan yang digelar Pemkab Bojonegoro. Sarasehan itu fokus menggali bukti secara ilmiah keberadaan Bedander. Guru Besar Arkeologi Indonesia Agus Aris Munandar menjelaskan bahwa kajian yang akan dilakukan termasuk telaah arkeologi-sejarah. Dalam telaahnya digunakan data arkeologi yang terbatas, dengan dukungan sumber tertulis.

Baca Juga:  Biasa Saja dan Sedikit Keberuntungan; Cerita Pengalaman Mencari Kerja di Taiwan

Hingga kini, pembahasan tentang keberadaan daerah “Bedander” sebagai wilayah yang bersejarah pada masa kerajaan Majapahit masih sebatas cerita, asumsi, dan legenda.

“Sumber tertulis utama yang digunakan adalah uraian Kitab Pararaton dan Kakawin Negarakertagama dan prasasti Adan-adan serta prasasti Tuhanyaru. Dua prasasti tersebut menjadi sumber penting dalam penelitian, penemuan prasasti Adan-adan di Kec. Kalitidu adalah bukti adanya aktifitas kerajaan Majapahit pada masa itu.” jelasnya.

Agus menambahkan bahwa Pengasingan oleh Raja Majapahit terhitung singkat, sehingga tidak ditemukan peninggalan arkeologis secara langsung. Namun letak Kayangan Api atau Api Abadi di Kec. Ngasem juga bisa digunakan sebagai penguat dalam kajian lokasi.

Sementara itu, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah mengungkapkan mendukung kajian yang dilakukan, mulai dari survei permukaan di kawasan Dander hingga analisa yang berkaitan dengan toponimi atau nama tempat yang dapat dibandingkan dengan nama-nama kuno dalam prasasti.

Baca Juga:  Sepintas Sejarah Kebiasaan Sarapan pada Masyarakat Jawa

“Apabila “Badander” merujuk pada wilayah Dander, hal ini sangat menggembirakan dan bersejarah. Mengingat kejadian waktu itu memiliki nilai sejarah penting dalam kebangkitan Majapahit. Hasil kajian ini nantinya dapat merangsang gairah pariwisata di Kab. Bojonegoro khusunya,” terangnya.

Tema kajian ini jelas bukan hal baru. Sehingga keseriusan Pemkab dan target yang hendak dituju harus benar-benar jelas.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *