Ubi jalar merupakan hasil pertanian atau perkebunan yang cukup melimpah bagi masyarakat pedesaan, termasuk di Desa Menilo, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban. Makanan ini biasanya dikonsumsi dalam rupa rebusan, gorengan, dan aneka olahan lainnya. Salah satunya yang tak kalah memikat adalah dibuat carang mas.
Apa itu carang mas? Carang mas sendiri merupakan camilan jenis kue yang memiliki tekstur crunchy. Kue ini tidak kalah lezat dengan camilan kekinian. Memiliki rasa manis dan garing, kue carang mas juga sehat. Karena bahan dasar kue ini terbuat dari ubi jalar, manfaat dari makanan carang mas dapat melancarkan pencernaan dalam tubuh karena terbuat dari ubi jalar yang terkenal akan seratnya yang tinggi. Carang mas ini memiliki bentuk seperti mie kecil – kecil atau mie kriting yang dibentuk menggumpal setengah lingkaran. Carang mas ini merupakan olahan yang tahan lama sehingga cocok dibuat sebagai jajanan oleh-oleh.
Nah, pada hari Senin (11/09/2023) kemarin Mahasiswa Program KKN Institut Agama Islam (IAI) Al-Hikmah Tuban mengadakan pelatihan inovasi olahan ubi menjadi produk Carang Mas bersama warga Desa Menilo. Acara ini melibatkan anggota PKK, perangkat desa, dan juga masyarakat setempat.
Awalnya mahasiswa KKN IAI Al-Hikmah berdiskusi dengan masyarakat desa Menilo. Warga desa mengungkapkan kegelisahan dimana warga desa ini merupakan penghasil ubi jalar yang cukup melimpah. Namun nilai jual di pasar masih sangat rendah karena dijual apa adanya tanpa diolah. Dari permasalahan tersebut, masyarakat menginginkan adanya terobosan untuk meningkatkan nilai jual ubi jalar.
Kegelisahan itu ditangkap dengan baik oleh para mahasiswa, sehingga mereka langsung konsultasi dengan Nurul Novitasari, M.Pd.I, dosen sekaligus pemilik Vika Bakery. Para mahasiswa memandang Bu Nurul Novitasari yang pakar di bidang olahan hasil pertanian harus turun tangan untuk melatih warga Menilo. Maka kemudian digelarlah pelatihan membuat olahan ubi menjadi carang mas.
Menurut Bu Nurul Novitasari, pelatihan ini penting agar warga memiliki wawasan luas tentang pemanfaatan ubi yang dijadikan produk Carang Mas, serta mampu melakukan branding produk yang khas. Terlebih lagi, Desa Menilo mayoritasnya adalah petani yang memiliki potensi ubi dengan kualitas baik dan jumlah yang melimpah. Tentu saja akan sangat disia-siakan jika ubi hanya dijual secara tebas glondongan dengan harga kisaran Rp1500 – Rp2500 per kilogram. Untuk itu ubi harus diolah. Selain mudah dalam pembuatannya, produk ini juga dapat meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi.
“Namun berbeda jika ubi diolah menjadi produk Carang Mas yang memiliki rasa enak, manis, dan gurih, serta didukung oleh branding produk yang unik dan menarik yang akan menjadikan nilai harga lebih tinggi,” ujar Nurul.
Kegiatan ini mendapat dukungan positif dari Kepala Desa Menilo, Bapak Mustajab. Menurut Mustajab, pelatihan ini menjadi salah satu upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam ber-UMKM. Dia berharap masyarakat dapat memahami dan menjadi terampil dalam mengolah ubi serta dapat meningkatkan kualitas produk yang memiliki nilai tinggi di pasar.
“Ubi yang biasanya hanya dijual secara tebas sekarang dapat diolah menjadi camilan yang enak, gurih, dan manis,” kata Bapak Mustajab seraya tersenyum optimis.
Sementara itu, Ketua Kelompok KKN, Popy Nuraini, mengungkapkan dirinya sangat gembira melihat semangat warga dalam kegiatan pelatihan ini. Dia percaya masyarakat Menilo bisa meningkatkan semangat dalam berwirausaha dengan kemampuan baru bisa mengolah ubi dapat menjadi carang mas.
“Apalagi jika dilihat di lingkungan Desa Menilo, hampir mayoritas petani menanam ubi dengan lahan yang sangat luas. Oleh karena itu, mahasiswa dan praktisi memiliki inisiatif untuk mengadakan pelatihan pengolahan ubi menjadi camilan Carang Emas,” kata Popy.
Popy percaya pelatihan ini dapat meningkatkan perekonomian Desa Menilo dan membuat masyarakat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan.[]
Artikel ini ditulis oleh Bagian Humas dan Publikasi Mahasiswa KKN IAI Al-Hikmah Tuban