Berbeda-beda Memaknai Istilah Santri

Tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Polemik mengiringi usulan itu hingga akhirnya disetujui Presiden. Istilah santri pun kerap berseliweran di media sosial. Ada perubahan makna santri yang dulu hanya disematkan pada orang yang nyantri di pesantren, kini santri tak harus selalu berada di pesantren.

KH Ma’ruf Amin:

Santri adalah orang-orang yang ikut kiai, apakah dia belajar di pesantren atau tidak, tapi ikut kegiatan kiai, manut pada kiai, itu dianggap sebagai santri walaupun dia tidak bisa baca kitab, tapi dia mengikuti perjuangan para santri.

Dari sisi keberadaan, santri ada yang tinggal di pondok di pesantren, ada pula yang sesekali ke pesantren atau disebut santri kalong, ada juga santri yang sekali-kali saja datang bertemu kiai dan santri. “Pokoknya, santri itu ikut kiailah. Karena itu dia mencakup hampir semua lapisan masyarakat,” lanjut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat itu. (sumber: NU Online)

Kata Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI NU)  KH Abdul Ghoffar Rozien:

Baca Juga:  Surat Untuk Pak Jokowi dari Tuban

Santri di sini bukan hanya alumni pesantren atau jiwanya santri, tapi beragama Islam, berakhlak, hormat sama kiai.  (sumber: CNN)

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin:

Santri tak sekadar orang-orang yang sedang atau pernah belajar di pondok pesantren (ponpes). Santri dimaknai lebih luas yakni setiap orang yang memiliki pemahaman dan pengalaman toleran, moderat, dan berakhlakul karimah, meski belum pernah masuk ponpes. (sumber: sindonews.com)

Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Kismantoro Wonogiri:

Makna santri pun bila kita kaji lebih dalam lagi mecakup beberapa pengertian yang luas. Kata Santri terdiri dari lima huruf hijaiyah yaitu : SIN, NUN, TA’, RO’ dan YA’

– Sin adalah kependekan dari kalimat “satirun ‘anil ‘uyuub” artinya menutupi kekurangan atau aib serapat mungkin. Santri harus bisa menjaga moralitas karena mereka adalah generasi yang sangat diharapkan untuk menjadi tolak ukur moral di masyarakat.

– Nun adalah “naaibul ‘anisy syaikh” artinya pengganti dari guru dan orang tua. Ulama adalah pewaris dari para nabi, kemudian santri adalah pewaris dari para ulama. Sehingga keberadaan santri ini sangat diharapkan bisa menjadi panutan untuk meneruskan dakwah dan tarbiyah karena mereka sudah diberi kemampuan lebih dalam bidang agama.

Baca Juga:  Musik Payung Teduh untuk Pelestarian Bengawan Solo

– Ta’ adalah “taa’ibun ‘anidzunub” artinya senantiasa memperbaharui taubat kepada Allah dan menghindari berbuat dosa kecil maupun besar. Manusia memang tidak ada yang suci dari dosa dan kesalahan karena sifatnya yang pelupa. Namun, Allah dengan kasih sayangnya masih memberi kesempatan untuk membersihkan dosa dan kesalahan dengan pintu taubat yang selalu terbuka sampai nyawa tercabut.

– Ro’ adalah “rooghibun fil mandhub” artinya sepi dari mengharap imbalan tapi giat untuk bekerja. Mereka berbuat bukan untuk mendapatkan imbalan yang banyak sebagaimana orang bekerja mencari penghasilan. Namun mereka berbuat karena ingin memberi yang terbaik bagi orang lain dan masyarakat luas. Mentalitasnya bukan seperti robot yang selalu harus diremot baru bergerak. Keterpanggilan iman yang mendorong dirinya terus berbuat untuk Islam. Mereka sangat yakin bahwa kebaikan yang diberikan kepada orang lain, hakekatnya adalah kebaikan untuk dirinya kelak di hari kiamat.

– Ya’ adalah “yughni ‘anrizqillah” artinya merasa cukup dengan rizki yang diberikan oleh Allah. Kesederhanaan adalah menjadi gaya hidupya. Manusia stress dan menjadi gila karena mengejar keinginan-keinginan yang diluar kemampuannya, tidak terima dengan kepuasan pemberian dari Allah.( Sumber: Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Kismantoro Wonogiri

Baca Juga:  Sejarah Jalur Transportasi Bojonegoro – Gresik Lewat Bengawan Solo

Cliford Geertz:

Ia menduga, bahwa pengertian santri mungkin berasal dan bahasa sangsekerta  ‘shastri’,  yang berarti ilmuan Hindu yang pandai menulis, yang dalam pemakaian bahasa modern memiliki arti yang sempit dan arti yang luas. (sumber: Hafizhuddin, S.Pd.I dalam laman hafizhuddin30.wordpress.com)

Nurcholis Madjid:

Kata santri berasal dari kata ‘Cantrik’ (bahasa sansekerta atau jawa), yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Sedang versi yang lainya menganggap kata ‘santri’ sebagai gabungan antara kata ‘saint’ (manusia baik) dan kata ‘tra’ (suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. (sumber: Hafizhuddin, S.Pd.I dalam laman hafizhuddin30.wordpress.com)

(Banyak sekali makna santri, dan definisi di atas hanya sebagian kecil saja)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *