Story  

Biji Kepedulian Telah Ditaburkan

Ilustrasi: Pixabay

“Kopinya mas Bara. Silahkan!” ucap Bu Tia, pemilik warkop langgananku. Lamunanku jadi berantakan.

“Bu, boleh aku pinjam pulpen dan kertas. Bekas nggak apa-apa?” pintaku.

“Ada. Ini mas,” jawabnya singkat sambil mengulurkan pena dan kertas. Lalu dia melanjutkan aktivitasnya, bersih-bersih meja, merebus air, dan entah apa lagi.
Pena kecil itu tak berdaya. Seperti diriku yang tak berdaya hendak menulis apa. Aku bukan penulis, aku bukan sastrawan, aku bukan keduanya. Aku cuma penikmat kopi usai mengantar anak sekolah. Aku tidak paham struktur tulisan yang baik.

Baca Juga:  Cafe Opera, Cerpen Karya Bondan Winarno

Pagi yang sepi pecah. Lalu Lalang kendaraan bermotor, hiruk pikuk antrian di kantor pajak, keluar masuk kendaraan di tempat belanja modern seolah membentuk pola labirin atau formasi dalam sebuah perang Mahabarata dalam legenda.

Gemuruh mengharu biru entah………..

Tak kalah gemuruh para pelanggan warkop Bu Tia mulai berdatangan, mulai wartawan, kontraktor, pegawai bank, NGO, tokoh politik, seniman, anggota dewan, guru dan entah siapa lagi, semuanya ikut cancut gemrenggut segolong rembuk membahas calon bupati dan wakil bupati pada pilkada 2018 mendatang. Mulai berita hoax sampai howex.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *