APBD Bojonegoro terbilang cukup tinggi. Tahun 2016 saja mencapai Rp3,6 triliun dan tercatat sebagai daerah terkaya kedua se-Jatim. Sebagai daerah terkaya, tentu Anda akan menafsirkan bahwa masyarakatnya sejahtera. Anda tidak sepenuhnya salah, karena memang banyak warga yang sejahtera, pendapatan naik. Tapi, juga tidak sepenuhnya benar karena nyatanya Bojonegoro masih berada di urutan ke-8 daerah termiskin se-Jawa Timur.
Di media sosial, mungkin Anda akan banyak melihat keindahan-keindahan Bojonegoro. Karena memang, media sosial adalah dunia maya yang banyak menginginkan hal-hal yang indah. Banyak orang di dunia virtual ingin menampilkan diri dengan hal-hal indah. Perlu dimaklumi. Resto mewah, masjid megah, kafe berkelas, dan lain sebagainya.
Tapi, kita juga perlu ingat bahwa Bojonegoro tak sekadar kemewahan. Bojonegoro juga kehidupan sederhana warganya di kampung-kampung pelosok. Karena ingat, warga Bojonegoro banyak tinggal di kampung-kampung, pinggiran hutan jati, sekitar sungai Bengawan Solo, dan juga di gang-gang sempit kota.
Guna mengimbangi foto-foto kemehawan Bojonegoro yang banyak beredar di media sosial, Gang Kecil hendak menghadirkan foto-foto masyarakat bawah. Gambaran rakyat jelata. Karena mereka juga adalah warga Bojonegoro yang juga perlu diperhatikan. Foto-foto tersebut hasil jepretan seorang fotografer Bojonegoro Slamet Agus Sudarmojo. Tiap fotonya selalu menghadirkan cerita pergulatan hidup rakyat jelata.
Oh ya, di gambar headline adalah logo Bodjonegoro tempo doeloe yang sekarang jarang ditemukan dokumennya. Logo sederhana. Bergambar (kalau nggak salah) pohon jati, bukan logo padi dan kapas seperti sekarang.
- Bukan hanya mobil mewah, tapi cikar ini juga melaju pelan di jalanan aspal di daerah pinggiran.
2. Guna menyambung hidup harus bekerja keras.
3. Hijaunya sawah dan kesederhanaan warganya.
4. Banjir luapan sungai Bengawan Solo kerap melanda. Perlu mengungsi untuk selamat.
5. Warga sedang panen singkong.
6. Membasmi hama biar bisa panen padi.