Kita memang tidak pernah tahu bagaimana orang-orang memperoleh kebahagiaan.
***
Hari itu, saat aku hendak membuang botol bekas ke tempat sampah, tiba-tiba ada seorang pemulung yang datang dan meminta botol itu. Dengan segera, aku memberikannya dan ia tersenyum sambil berucap terima kasih. Aku pun juga ikut tersenyum dan ya hatiku begitu senang. Mataku melihatnya hingga pemulung itu tidak lagi terlihat.
Sering bukan kita mendengar, “Apa yang belum tentu berarti untuk kita, nyatanya berarti untuk orang lain.” Sama seperti botol bekas yang hendak kubuang tadi, benda itu sangat berharga untuk seseorang.
Kejadian itu mengingatkanku ketika SMP. Saat pulang sekolah dan aku menunggu bus atau angkot bersama teman. Aku melihat ada seorang pemulung yang memungut botol-botol bekas dan beberapa di antara kami membantu memungutnya, lalu memberikannya. Suatu hal yang cukup seru dan menyenangkan. Ah, rasanya memori itu sudah cukup lama sekali.
Seketika ingatan itu terbayang dan memberikan kebahagiaan tersendiri untukku. Kita memang tidak pernah tahu bagaimana orang-orang memperoleh kebahagiaan. Tidak memahami apa yang berharga bagi orang-orang, bahkan hal seperti botol bekas itu. Kehidupan ini memang bukan tentang diri sendiri, tetapi juga tentang orang-orang di sekitar hingga orang yang bergiliran datang dan pergi. Terdapat banyak hal yang lebih luas untuk dimaknai, jelajahi, dan pelajari.
Hidup bukan sekadar apa yang didapatkan, namun juga mengenai apa yang diberikan. Semakin banyak yang diberi, maka kian berlimpahlah anugerah yang didapatkan. Kadang kita sering lupa tentang hal tersebut, terlalu sibuk dengan dunia masing-masing. Lupa bahwa melakukan hal kecil yang bermanfaat bagi orang-orang, sebab melakukan pekerjaan atau mengejar pencapaian.
Dunia memang tidak ada habisnya untuk dikejar, apalagi sebagai manusia seringnya kita merasa kurang. Rasanya, kadang hampir susah bersyukur dengan berbagai hal yang didapatkan. Maka, dengan menilik mereka yang bahagia dengan hal-hal sederhana merupakan sebuah renungan. Kita kadang lupa bahwa dunia diciptakan bukan untuk terus dikejar, tetapi sekadar tempat singgah sebentar. Tidak akan cukup bukan? Jika kita menakar kebahagiaan atau kesuksesan dengan berbagai gemerlap kehidupan yang nantinya juga akan ditinggalkan. Apakah kamu sudah bersyukur dengan apa yang dimiliki hari ini?
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Artinya:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah SWT. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah SWT), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Luqman ayat 12)