Cerita Perjalanan Sebuah Usaha Agar Bisa Tidur

Sumber: Pixabay

Hai, selamat pagi untuk kalian yang akhirnya telah terbangun di pagi hari dengan keadaan baik. Dengan keadaan segar dan fresh. Semoga tidur kalian semalam adalah tidur terbaik yang pernah dirasakan sebelumnya.

Tidur adalah sesuatu yang menyehatkan untuk alasan beberapa hal, juga sekaligus menjadi penyakit atas beberapa hal, apabila itu dilakukan secara berlebihan.

Meskipun pernah ada artikel yang menuliskan, tidur sepanjang hari membuat kurus atau sehat, dan awet muda. Sepertinya itu tetaplah tidak masuk akal saja.

Kalau menurut Mbah-mbah, turu ae nak rejekine ditutul pitik, atau wong nom ra apik bok ae sok mben tuek getun, dan lain sebagainya.

Saya ingin bercerita sedikit. Tidak tahu pastinya kapan, yang jelas, saya lupa terakhir kali bisa tertidur dengan baik. Atau tidur dengan jam-jam yang baik. Atau tidur pada ritme yang seharusnya waktunya tidur. Tanpa kesusahan atau hal yang lainnya.

Beberapa faktor yang menjadi alasannya baru saya sadari sejak setahun atau hampir dua tahun yang lalu. Tapi puncak tahu dan paham saya adalah saat setahun kemarin. Di tahun-tahun itu adalah jawaban atas segala apa yang saya rasakan dari kegelisahan dan kecemasan hebat yang saya rasakan beberapa tahun sebelumnya. Tepatnya pada tahun 2019.

Tahun itu, tahun yang begitu riweh. Saya mengisi waktu hanya dengan membaca, menonton, menulis kegelisahan juga isi pikiran dan overthinking atau cemas berlebihan terhadap masa depan. Namun 2020 seolah menjadi jawaban, saya telah kembali menjadi manusia yang siap menghadapi dunia yang pasti akan jauh lebih keras dari 2019.

Mungkin cukup menjadi pembuka, kan seperti di beberapa paragraph sebelumnya, saya menuliskan akan menceritakan sedikit.

Tahun kemarin saya merasakan sesuatu yang tidak beres di dalam tubuh. Awal mulanya adalah jam tidur. Saya pikir dengan menonton akan membantu saya cepat tertidur. Malah sebaliknya. Bahkan sampai subuh dan keesokannya sama sekali tidak bisa tertidur siangnya. Terus begitu, hingga puncaknya adalah emosi saya yang menjadi tidak stabil. Saya bisa tertawa dengan berlebihan, kemudian ketika sudah menangis, terus-terusan menangis.

Baca Juga:  Glorifikasi Kekayaan

Di tempat kuliah dengan jurusan yang mungkin itu dialamatkan Tuhan untuk saya. Akhirnya bisa terbantu banyak. Saya mengetahui sedikit banyak mengenai konsep diri dan membantu diri agar keluar dari hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan, di mana hanya akan menyiksa diri sendiri.

Self-Talk

Ada salah satu materi yang membahas tersebut, dan ternyata di tahun 2019, dengan agak sesak saya mengingatnya. Saya sering melakukannya. Terlebih saat malam hari, malam-malam yang begitu panjang.
Yang maknanya adalah berbicara pada diri sendiri. Seperti kita mengajak sesuatu yang ada di dalam tubuh kita dengan pelan-pelan dan penuh kesabaran, serta kesungguhan hadir sebagai pendengar untuk diri sendiri, juga teman bicara yang baik.

Seperti menanyakan bagaimana kabarmu hari ini, apa yang kamu lakukan hari ini, bagaimana perasaanmu hari ini, apakah kamu marah dengan perkataan yang diucapkan oleh temanmu, apakah kamu sedang menahan marah dan ingin lekas meluapkannya pada orang itu saat itu juga, dan lain sebagainya.

Dan sebagai jawabannya saya seperti berbicara sendiri. Menjawab seluruh pertanyaan yang seolah ada yang bertanya kepada saya. Terkadang hal itu terjadi saat saya sedang naik kendaraan, dengan perjalanan cukup lama terkadang dialog terhadap diri sendiri muncul begitu saja.

Atau saat berada di kamar mandi. Saya setuju dengan beberapa hal yang mengatakan kenapa sesuatu yang luar biasa muncul saat sedang berada di kamar mandi. Kadang secara tak sengaja dialog itu muncul saat saya berada di dalam kamar mandi.

Juga yang paling sering adalah saat berada di kamar sendirian, apalagi memasuki jam malam. Ketika saya sudah bosan dengan seluruh hal yang ada di ponsel. Tiba-tiba saya akan melakukan dialog dengan diri saya sendiri, ketika sudah berjalan agak lama, saya baru bisa tertidur.

Bukan hanya melulu soal bertanya atau dialog saja terhadap diri sendiri. Juga memberi afirmasi positif, atau kata-kata yang baik untuk diri sendiri. Seperti kamu hebat, nggak papa, semua pasti pernah melakukannya, nggak papa kamu kan masih mecoba dan tidak ada yang salah dengan mencoba di awal jika itu ternyata keliru. Seperti penguatan untuk diri sendiri, bahwa kita itu kuat dan bisa melakukannya.

Baca Juga:  4 Prinsip Dasar dalam Komunikasi dan Komponennya

Menulis

Ya, beberapa penelitian membuktikan bahwa menulis adalah terapi yang sangat baik. Saya mengetahui itu juga tepatnya saat tahun 2019. Saat tengah menyaksikan seminar penulis atau novelis terkenal, yakni Tere Liye.

Di sana ia menjelaskan, menulis adalah suatu metode yang paling menyenangkan untuk menuangkan seluruh pikiran. Karena hanya ada kita yang tahu saat diri terlalu capek untuk menjelaskan. Menjadi daya ingat yang kuat. Juga mengingatkan kembali tentang sebuah hadist, yaitu, ikatlah ilmu dengan sebuah tulisan.

Tapi memang benar. Saya menjadi mengingat hari-hari yang telah lampau saat masih duduk di bangku dasar. Mengenal istilah diary sangatlah keren. Tidak ingat pasti saya mengenal itu darimana. Kemudian saya membeli buku diary dan menulis seluruh kegiatan selama sekolah, dan menyembunyikan dari Ibuk Bapak. Malu aja ketika sampai dibaca beliau berdua, haha.

Akhirnya ketahuan juga oleh Ibuk, dan beliau mengatakan untuk apa membeli buku beginian. Merasa seperti penjahat, sejak saat itu setiap buku diary habis dan membeli yang baru. Bergegas langsung disembunyikan di tempat aman agar Ibuk tidak tahu.

Benar juga. Setelah menuliskan apapun yang terjadi pada saya ketika tidak ingin atau kesusahan untuk bercerita. Membuat sesuatu yang ada dalam diri dan pikiran itu melega.

Kemudian dalam kesempatan itu Tere Liye juga mengatakan bahwa tulisan adalah sebuah kekuatan bagi yang menaruh doa di tulisan tersebut. Saya ingat betu saat 2019 menuliskan apa saja. Dan secara perlahan dengan menambahkan bumbu doa dan yakin. Perlahan Tuhan Yang Pengasih menggarisbawahinya.

Jelas di ingatan saya, tahun itu ketika saya sedang merasa sangat rumit. Saya selalu menyempatkan menulis. Selapas itu saya bisa tertidur dengan nyenyak.

Membaca

Saya lupa dengan satu hal ini. Benar, membaca. Setahun terakhir saya mulai setuju dengan konsep, dongeng adalah pengantar tidur. Ibarat buku bacaan yang sedang dibaca, apalagi jam malam dan waktu tubuh untuk beristirahat. Juga seperti pada konsepnya, bacaan adalah dongeng untuk diceritakan saat sedang beristirahat atau santai. Kan tidur bagian dari mengistarahatkan dan menyantaikan atau merilekskan tubuh.

Baca Juga:  Kita Terjebak di Jaring ‘Pesan Kebencian’ yang Sama tapi Kita Selalu Merasa Diri Berbeda dari yang Lain

Maka, setiap saya kesulitan tidur, saya menyempatkan membaca terlebih dahulu. Meski hanya beberapa lembar. Dan rupanya itu manjur sekali. Saya pikir, menonton adalah solusi terbaik, nyatanya ada membaca yang mengantarkan kepada tenang dan santai.

Karena cahaya yang dikeluarkan lampu tidak seberbahaya saat menonton apalagi dengan posisi lampu mati, ditambah dengan tiduran. Bukannya malah fresh. Badan malah sangat lelah.

Itu yang saya alami, berusaha keluar dari kesusahan tersebut. Menonton, baik sih, tapi berlebihan atau malah menjadi candu, bahaya. Apalagi setiap film atau tontonan menimbulkan efek candu, karena pikiran tidak terlalu kepayahan dalam menggambarkannya.

Beda saat dengan membaca. Kalau sudah capek, ya apalagi jika bukan tidur, ya, kan?

Nah, tiga hal di atas yang saya terapikan dalam diri apabila masalah insom menyerang.

Jujur saja itu membuat sangat tenang. Kalau malah bermain ponsel, semakin membuat lelah menurut saya. Itulah terkadang, saat bermain ponsel pada jam tertentu meskipun sudah centang 2. Orangnya sudah sedang berusaha menuju keberhasilan tidur yang penuh kualitas untuk hari esok, di mana harapannya menciptakan kualitas lebih baik.

Ya, memang sering ketahuan bermain sampai larut. Maka saya harus menambalnya dengan 1 jam menjauh dari ponsel sebelum tidur. Bukan untuk siapapun, terlebih untuk kesehatan tubuh saya sendiri, dan kejamnya radiasi ponsel.

Boleh dicoba. Kalau susah membaca dan menulis. Minimal self talk. Ajak diri bicara. Nanti kalau capek bakal tidur. Eits biasanya pasti ada jeda saat hampir merem, dan jangan lupa tetap sempatkan kepada Tuhan Yang Esa, ya. Agar diri kita selalu mendapat lindungannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *