Menyambut pagi hari dengan penuh semangat ialah suatu hal penting untuk dilakukan. Semoga menjadi awal yang baik pula untuk hari ini. Apa yang terjadi pada hari kemarin, sudah semestinya menjadi suatu pelajaran yang berharga. Jika ada suatu hal yang buruk segeralah untuk diperbaiki. Begitu ada hal yang baik, maka teruskanlah!
Awalilah pagi hari dengan semangat baru, jangan pernah kecewa pada hari kemarin. Toh kekecewaan juga tidak mengubah sedikitpun suatu kondisi yang telah terjadi. Terimalah dan berdamailah dengan kekecawaan itu sendiri, sebab dunia ini tak semenakutkan dengan apa yang ada di dalam pikiran. Kekecewaan yang berlarut akan menjelma menjadi sebuah kekhawatiran.
Bukankah hidup terasa tak enak jika diselimuti rasa khawatir. Terlebih jika kekhawatiran itu terjadi di pagi hari, padahal pagi hari merupakan sebuah awal sebelum kita beraktifitas. Awal yang baik ini dapat memengaruhi aktifitas seterusnya, selama seharian. Untuk menjadi awal yang baik, ada kalanya kita mengawali pagi hari dengan doa.
Dalam kitab Al-Adzkar, Imam An-Nawai mengutip doa pagi hari yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Doa ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Berikut ini teks doa lengkapnya:
اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
Allāhumma bika ashbahnā, wa bika amsainā, wa bika nahyā, wa bika namūtu, wa ilaikan nusyūru.
Artinya: “Ya Allah, dengan-Mu aku berpagi hari, dengan-Mu aku bersore hari, dengan-Mu kami hidup, dengan-Mu kami mati. Hanya kepada-Mu (kami) kembali,” (HR Abu Dawud, At-Turmudzi, Ibnu Majah, dan lainnya).
Imam An-Nawai kemudian juga mengutip doa pagi hari yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dalam doa kedua ini diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud dalam Shahih Muslim, berikut ini teks lengkapnya:
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الملْكُ للهِ، وَالحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الملْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسْلِ وَسُوْءِ الكِبَرِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي القَبْرِ
Ashbahnā wa ashbahal mulku lillāhi wal hamdu lillāhi, lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alā kulli syai‘in qadīr. Rabbi, as’aluka khaira mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā, wa a‘ūdzu bika min syarri mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā. Rabbi, a‘ūdzu bika minal kasli wa sū’il kibari. A‘ūdzu bika min ‘adzābin fin nāri wa ‘adzābin dil qabri.
Artinya: “Kami dan kuasa Allah berpagi hari. Segala puji bagi Allah. Tiada tuhan selain Allah yang maha esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kuasa dan puji. Dia kuasa atas segala sesuatu. Tuhanku, aku memohon kepada-Mu kebaikan malam ini dan malam sesudahnya. Aku memohon perlindungan-Mu kejahatan malam ini dan malam sesudahnya. Tuhanku, aku memohon perlindungan-Mu dari kemalasan dan kedaifan masa tua. Aku memohon perlindungan-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 64).