Mungkin sebuah kebetulan, saya melewati Hari Kebangkitan Nasional tahun 2020 ini dengan membaca ulang novel Pramoedya Ananta Toer berjudul Jejak Langkah. Novel yang mengisahkan masa-masa awal kesadaran nasional untuk melawan penjajah Belanda.
Ketika itu, warga pribumi Hindia Belanda adalah pribadi-pribadi yang masih berdiri sendiri-sendiri. Dr Wahidin Sudirohusodo, pensiunan dokter keraton Jogja, lulusan sekolah dokter STOVIA, dengan gigih kampanye tentang pendidikan dan perlunya berorganisasi. Sebagai pribadi, seseorang tidaklah kuat di hadapan penjajah, tapi sebagai organisasi akan punya kedudukan setara dengan warga Belanda di hadapan hukum.
Pada awalnya suara lantangnya tak berbekas. Namun, hingga akhirnya tiga siswa STOVIA yang tertarik dengan gagasannya. Mereka adalah Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, dan Suraji. Hingga akhirnya pada 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan Budi Utomo yang disebut sebagai organisasi modern pertama di Indonesia.
Hari ini, setelah 112 tahun berlalu, organisasi modern bukan barang baru lagi sebagaimana masa Budi Utomo lahir. Organisasi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gerak politik, ekonomi, pendidikan, sosial, agama, dan keamanan. Kemajuan satu negara tak bisa lepas dari keberadaan organisasi.