BUKU  

Hormati Bukumu Sebagaimana Kau Menghormati Ilmumu

Foto: pinterest

Kamu termasuk golongan pecinta buku dan sangat menghormati buku? Jika iya, salut deh! Tapi sudahkah kamu memperlakukannya dengan baik? Apa, memperlakukan dengan baik? Nggak perlu kaget begitu. Pertanyaan tersebut sebenarnya nggak aneh, cuma kita saja yang terlanjut biasa memperlakukan buku dengan sekenanya saja.

Bagi generasi milenial yang konon memproklamirkan diri sebagai kaum sangat rasional tentu akan berpikir ulang membaca tata cara menghormati buku. Karena buku ya buku. Nggak ada yang istimewa. Karena yang istimewa adalah isinya, ilmunya. Maka jangan heran jika ada poster kampanye membaca buku dengan orang atau anak yang berada di tumpukan buku. Ilustrasi-ilustrasinya sangat ciamik. Tapi yang demikian seharusnya kurang sopan kepada buku. Ilustrasi di bawah ini salah satunya.

foto: pinterest

Santri-santri pesantren dan anak-anak madrasah yang kerap kali dicap tradisionalis sebenarnya sudah sejak dulu menerapkan laku hormat pada buku (kitab). Kenapa? Karena di dalam buku ada ilmu pengetahuan. Sejak kecil, anak-anak sudah diajari adab atau sopan santun “bergaul” dengan buku. Seperti tidak meletakkan buku di lantai, membawa buku sejajar dengan dada dan bukan sejajar pantat, meletakkan buku agama di atas buku-buku umum, dan kitab suci harus berada di paling atas.

Setuju atau tidak setuju, begitulah sopan santun menghormati buku. Untuk masa kini, nasehat semacam itu mungkin akan ditertawakan. Tapi yakinlah bahwa menghormat bukan saja kepada orang yang lebih tua, kepada guru atau kyai, melainkan juga kepada buku.

Baca Juga:  Perburuan Renten Pembangunan Infrastruktur Indonesia

Dalam kitab Ta’lim Muta’allim karangan Syaikh Burhanuddin Az zanurji Mukaddimah diajarkan kepada anak-anak di pesantren dan madrasah. Dalam kitab tersebut ada bab tentang tata cara memuliakan buku. Kitab itu sudah menjadi bacaan sehari-sehari dan dipraktekkan. Jika ada santri yang membawa buku seenaknya, pasti akan ditegur.

Memuliakan buku sama dengan memuliakan ilmu. Bahkan dalam kitab Ta’lim Muta’allim juga dijelaskan bagaimana baiknya menulis buku. Diantaranya harus dengan jelas dan tidak menyesatkan. Menulis buku juga harus membandingg-bandingkan buku lainnya.

Nah, bagaimana? Jika kamu mencintai ilmu tentu akan menghormati buku. Dan perlu digarisbawahi bahwa anak-anak di pelosok kampung sudah menghormat buku sejak dulu. Mereka mempraktekkan tiap hari. Catat itu ya!

Baca Juga:  Review Novel Menolak Ayah; Jalan Berliku Kehidupan Tondinihuta

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *