Sekira dua belas tahun saya mengenal Pak Slamet Bakso Solo di Bojonegoro. Ya ketika beliau jadi salah satu pendengar radio waktu itu. Yang sesekali mengirim bakso atau memanggilku untuk mampir di pinggiran trotoar RSUD Bojonegoro Jl Dr Wahidin. Berjalannya usaha tidak selalu ramai bisa karena pemain baru atau sekadar isu-isu kurang sedap tentang daging.
Berpindah-pindah tempat usaha juga dijalani Pak Slamet, mulai dari jualan di pinggir jalan dengan sistem bongkar pasang sampai harus berpindah-pindah lokasi. Dari mengikuti ramainya lokasi depan RSUD lama, sampai yang tidak tentu konsumennya beliau jalani.
Tapi Alhamdulillah beliau masih bertahan akan istiqomahnya hingga sampai saat ini mempunyai tempat yang layak dan memperkerjakan karyawan di usahanya. Sapa salamnya yang hangat sesekali menanyakan kabar anggota keluarga itulah khasnya.
Kini tidak hanya bakso saja menunya, bahkan berkembang ke mi ayam, es teh dan es campur. Istri Pak Slamet menuturkan kalau sekarang banyak Bakso yang memakai nama “Bakso solo Pak Slamet”, hingga mereka harus menuliskan “Bakso Pak Slamet Asli”, hal ini hanya untuk menjaga citarasa, “Jangan sampai konsumen merasa rugi,” ujarnya pada kami.
Bagaimana masih bingung mikir branding, promosi dan strategi? Cukuplah Istiqomah, semua akan mengikuti.