Hujan mulai turun beberapa hari terakhir. Daun-daun basah, selokan dialiri air, sawah basah, jalan-jalan yang berlobang digenangi air, dan debu beterbangan mulai bekurang.
Jika hujan datang, apa yang kau kenang?
Di kampungku, datang hujan bertanda panen tembakau harus cepat diakhiri. Jika tidak, percuma saja. Tengkulak akan mengerek harga hingga paling bawah. Keringat basah dan uang tak di tangan.
Di kampungku, datang hujan bertanda harus membeli pupuk. Bersiap menanam padi. Nampek. Nyawur. Menghitung biaya tanam. Padi hasil panen tahun lalu sudah menipis. Sedang panen tahun ini belum pasti. Tandur pun belum. Mungkin Desember. Panen Maret tahun depan.
Semoga tidak ada hama tikus. Hama ini yang paling banyak menyerang tanaman. Burung hantu sudah langka. Tikus merajalela. Tapi petani punya seribu satu harapan. Panen kelak pasti datang.
Jika hujan datang, apa yang kau kenang?
Mendung gelap menggantung di langit. Jas hujan sudah disiapkan di dalam jok. Sebentar lagi jam kerja selesai. Gerimis datang. Para buruh berlarian menuju parkiran. Jas hujan dipakai. Motor menderu menyibak air hujan yang makin deras.
Di toko-toko jas hujan digantung menunggu pembeli. Bagi yang takut kehujanan, berteduh adalah pilihan tepat. Masuk ke warung, memesan teh panas dan mengunyah pisang goreng. Air gemericik ramai dari talang berkarat. Di luar, anak-anak berlarian telanjang kaki. Tertawa tawa.
Jika hujan datang, apa yang kau kenang?
Angin kencang. Pohon-pohon tumbang. Gemuruhnya memaksa orang-orang keluar rumah. Suara adzan bergema bekelindan dengan air yang tumpah dari langit. Anak-anak kecil menangis di gendongan. Pohon pisang roboh menimpa kabel listrik. Lampu padam. Menjelang maghrib gelap mencekam.
Tak ada yang mengerikan daripada hujan menjelang maghrib disertai angin kencang. Komat kamit. Komat kamit. Doa dipanjatkan. Di kejauan suara adzan maghrib berkumandang. Hujan mulai reda. Orang-orang masuk ke rumah. Mengambil peci melangkah ke langgar.
Jika hujan datang, apa yang kau kenang?