Bunga telang mudah dibudidayakan, namun ternyata belum banyak masyarakat yang melakukannya. Pada 2020 lalu, Kastiani, (48) berinisiatif menanam dan mengolah bunganya menjadi minuman herbal. Inovasi perempuan asal Desa Purwosari RT 01 RW 01 kecamatan Purwosari Kabupaten Bojonegoro ini kemudian diikuti oleh puluhan ibu-ibu di kampungnya.
Mengolah bunga telang ini tidaklah sulit. Begitulah Kastiani memulai ceritanya. Ada dua pilihan, yakni bunga segar atau juga bunga yang sudah dikeringkan. Alat yang dibutuhkan pun sangat sederhana, yakni panci atau tempat air untuk merebus bunga telang, kain penyaring dan tentu saja kompor atau api.
Langkah pertama, membuang kelopak yang berwarna hijau di bagian paling bawah bunga. Lalu dicuci dengan air bersih, baru kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih. Saat direbus, bisa ditambahkan irisan jeruk nipis dan gula atau madu sesuai selera. Waktu yang diperlukan untuk merebus bunga telang hanya sebentar. Sekitar kurang lebih 5 menit dan bisa langsung diangkat dan disaring.
“Biasanya, takaran untuk membuat satu gelas minuman herbal ini dibutuhkan sekitar 14-15 bunga telang,” katanya.
Dari mengolah bunga telang itu, Kastiani kemudian menjualnya. Produk olahannya sekarang sudah dikemas dengan gelas plastik modern dan diberi label “Minuman Herbal Bunga Telang”.
Untuk satu gelas dibanderol Rp 2.000 hingga Rp 3.000. Tak hanya itu, Kastiani juga menjual bunga telang yang sudah dikeringkan. Kalau untuk bunga telang kering dengan berat 20 gram dijual dengan harga Rp 20.000.
Keuntungan yang bisa didapat dari hasil penjualan minuman herbal bunga telang ini cukup lumayan. Dari 20 gelas yang terjual, dia bisa mendapat keuntungan Rp 50.000. Paling banyak perempuan ini pernah memproduksi 200 gelas dalam sehari yang artinya keuntungan mencapai Rp 500 ribu.
Perempuan yang akrab disapa Bu Tiani ini menjual produknya melalui online. Tapi juga ada yang dijual di rumah dan bahkan sudah dititipkan di salah satu otlet di kota Bojonegoro. Biasanya warga banyak yang memesan ketika ada hajatan. Dia juga sering menjual produk olahan bunga telangnya ketika ada acara-acara di kampungnya, seperti pertunjukan wayang kulit dan lainya.
“Bunga telang ini memiliki banyak manfaat. Diantaranya, untuk kesehatan mata, pencernaan, batuk dan bisa menurunkan tekanan darah tinggi,” tutur Kastiani.
***
Berdasarkan jurnal Resenologi (Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Bahasa dan Pendidikan) p-ISSN:25025643 Vol. 4 No. 66 Oktober 2019 karya Aisyah Denta Kusuma dari Universitas Negeri Jakarta, bunga telang punya banyak manfaat. Mengutip Budiasih (2017), dari tinjauan fitokimia, bunga telang (Clitoria Ternatea) memiliki sejumlah bahan aktif yang memiliki potensi farmakologi. Antara lain sebagai antioksidan, antibakteri, anti inflamasi dan analgesik, antiparasit dan antisida, antidiabetes, antikanker, antihistamin immunomodulator, dan potensi berperan dalam susunan syaraf pusat.
Tak hanya itu saja, ekstrak bunga telang memiliki banyak khasiat sehingga cocok digunakan sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit. Ekstrak tersebut dipercaya dapat menurunkan tekanan darah, anti kecemasan, anti asma, dan anti penghilang rasa sakit, dan anti tumor (Suganda dan Adhi, 2017).
Tanaman yang biasa merambat dan tumbuh liar ini mudah didapat dan ditanam. Cukup dengan bibit dimasukkan ke tanah basah maka akan tumbuh. Tidak membutuhkan perawatan khusus untuk merawat bunga telang ini. Hanya memerlukan waktu sekitar 3 bulan bunga telang bisa dipanen.
Kastiani sendiri bercerita, ia menanam bunga telang cukup di depan dan di samping rumah. Pekarangan miliknya lumayan luas. Bunga yang dihasilkan juga sangat melimpah. Setiap hari dia bisa memanen satu keranjang bunga telang,
“Saya memanfaatkan pekarangan rumah. Sehari itu panen bisa dapat satu keranjang bunga telang,” katanya.
Dari situlah kemudian Kastiani mengajak tetangganya satu RT untuk menanam dan memanfaatkan bunga telang. Ketika ditanya apa alasan yang mendorong perempuan pecinta tanaman ini mengajak masyarakat di sekitar untuk ikut menanam, yaitu supaya mereka tahu kalau bunga yang dianggap liar dan banyak ditemukan di semak-semak belukar itu ternyata punya banyak manfaaat. Ibu-ibu juga biar tidak kerepotan ketika ada tamu yang berkunjung ke rumahnya
“Kadang warga kalau ada tamu suka bingung, mau disuguhi apa? Kalau ada tanaman bunga telang ini, kan enak, tinggal ambil,” tuturnya.
Kini, hampir semua warga satu RT dengannya sudah menanam bunga telang. Salah satunya adalah Sumijan (69). Dia mengaku mengikuti langkah Kastiani untuk menanam bunga telang. Sumijan kemudian juga mengolah bunga telang ini menjadi es lilin bunga telang. Beliau merasa senang karena ikut memanfaatkan bunga telang . Dia juga mengirimkan bunga telangnya ke rumah saudaranya yang di luar kota.
“Bunga telang ini selain memperindah halaman rumah saya, ternyata juga enak dikonsumsi,” ucap Samijan.
Bunga telang yang kelopaknya berwarna biru dan sedikit warna putih tengahnya mirip seperti kupu-kupu itu sekarang banyak dijumpai di lingkungan rumah Kastiani.
Bunga itu merambat di pagar-pagar rumah milik warga. ada juga yang ditanam di pematang sawah. Selain membuat suasana kampung lebih asri dan indah, tapi juga memberi banyak manfaat kepada masyarakat di sekitarnya.
Kastiani mengaku awal mula mendapatkan bibit bunga telang dan belajar cara mengolahnya dari seorang temannya yang bernama Adib Nurdiyanto. Temannya ini merupakan salah satu dosen di STIKES ICsada Bojonegoro.