Mengapa datang Maiyahan? Toh saya bukan anggota jamaah Maiyah yang ngefans-ngefans amat sama Cak Nun. Tidak seperti jamaah Jannatul Maiyah yang lain, saya datang pertama kali ke acara Mocopat Syafa’at di pekarangan rumah Cak Nun di Desa Kasihan Yogyakarta, murni karena kurang kerjaan alias kengangguren.
Jika dirunut dari awal, saya memang sudah lama tahu tokoh budayawan bernama asli Muhammad Ainun Nadjib ini. Namun, saat itu saya hanya tahu jika blio seorang tokoh keagamaan yang popularitasnya sedang merosot. Sebab, mulai awal kemunculannya di zaman orba hingga waktu itu, intensitas kemunculan Cak Nun di layar tivi semakin berkurang hingga nol. Sebaliknya, di tivi, makin banyak seliweran ustaz-ustaz baru. Mulai dari yang suka baca doa sambil nangis, hingga uztad gaul yang penampilannya mirip seorang rocker.
Saya ingat betul, ketika pertama kali kawan saya mengajak saya datang ke acara Mocopat Syafa’at. Waktu itu, saya dan beberapa kawan di kos tengah terkena wabah critical disorientation syndrome alias sindrom- bingung-meh-ngopo akut. Wabah ini disebabkan beberapa faktor.