Siapapun dan dimanapun bisa berbagi ilmu. Tak harus menunggu berprofesi sebagai guru baru bisa mengalirkan ilmu kepada anak didik. Profesi apapun tak kan menghalangi aktivitas mendidik jika ada kemauan di hati. Apalagi jika makna mendidik tak sekedar berbagi ilmu tapi juga perang melawan ketidakadilan, perang melawan kebodohan, dan yang lebih utama mendidik adalah obat.
Lika liku bergaul dan mendidik anak-anak dilakoni Muhammad Roqib sejak 1999 hingga kini. Banyak cerita yang membekas dan mutiara yang diperoleh dari mendidik. Tentu jauh dari urusan uang.
Roqib, kini mendirikan yayasan bernama Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro (YKIB) di tempat tinggalnya di Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro. Dia membangun dari nol bersama sang istri Frensi Agustina yang kemudian berkembang. Kini ratusan anak belajar di YKIB dengan melibatkan 12 guru dari bermacam latar pendidikan.
Tapi, semua tak sim salabim. Ada proses panjang mengiringinya. Roqib lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Semasa kuliah tahun 1999 hingga 2004, malam-malam ia pergi ke bantaran Kali Brantas bertemu anak-anak yang tinggal di perkampungan kumuh Jodipan. Kampung tersebut kini dikenal sebagai Kampung Warna Warni.