Story  

KH Ahmad Bisri: Dunia Pendidikan dan Ma’arif NU Bojonegoro

Pendidikan adalah pilar penting yang terus diperjuangkan. Berikut manakib Mbah Ahmad Bisri, pejuang pendidikan dan tokoh pendiri Maarif NU Bojonegoro. 

Pada tahun 1954, setahun setelah kepengurusan NU Bojonegoro mulai dibentuk (dibentuk 1953), KH Rachmat Zuber amat getol berdiskusi dengan KH Ahmad Bisri Padangan. Diskusi ini demi pemenangan Pemilu 1955 yang digelar setahun kemudian.

Kita tahu, Muktamar NU 1952 Palembang memutuskan beberapa poin. Di antaranya,  NU berdiri sebagai partai sendiri dan keluar dari Masyumi. Ini tugas yang sangat sulit. Sebab, NU harus berhadapan dengan Masyumi, PNI, dan bahkan PKI pada Pemilu 1955.

NU Bojonegoro yang kala itu berusia setahun, tentu bakal kesulitan menghadapi Pemilu 1955 sendirian. Karena itu, NU Padangan yang usianya sudah 16 tahun harus melebur menggabungkan diri. Terlebih, ini Pemilu nasional pertama yang dilaksanakan bangsa Indonesia.

Tokoh-tokoh kedua pengurus pun bertemu untuk berdiskusi. NU Bojonegoro diwakili KH Kholil Baureno, KH Abu Dzarrin (Syuriah) dan KH Rachmat Zuber (Tanfidziah). Sementara NU Padangan diwakili KH Marwan, KH Ahmad Bisri (Syuriah) dan KH Masykuri (Tanfidziah).

Barokah pertemuan para kiai itu, Partai NU Bojonegoro yang baru berusia satu tahun, sudah mampu meraih 60 ribu suara pada Pemilu 1955. Dari 35 kursi yang diperebutkan; NU (6 kursi), PNI (5 kursi), Masyumi (9 kursi), dan PKI (15 kursi).

Baca Juga:  Cerita Keripik Klino, dan Cerita-cerita Potensi Desa Lainnya

Di luar konsolidasi politik, pada 1955 itu, Mbah Rachmat Zuber dan Mbah Ahmad Bisri juga sering berdiskusi perihal dunia pendidikan. Mbah Bisri sering mendorong agar NU Bojonegoro segera dilengkapi dengan LP Ma’arif NU.

Mbah Bisri dan Mbah Rachmat Zuber dua tokoh pendiri yang sangat getol memperjuangkan NU lewat dunia pendidikan. Terutama keberadaan Maarif NU Bojonegoro. Meski, Maarif NU Bojonegoro baru lahir 10 tahun kemudian. Tepatnya pada 1966.

Mbah Bisri adalah kiai yang identik dengan dunia pendidikan. Bahkan saat beliau menjadi Syuriah NU Padangan, masih memperjuangkan NU melalui bermacam giat pendidikan. Terutama pendirian yayasan pribadi dan upaya mendorong lahirnya Ma’arif NU di Bojonegoro.

Berikut manakib KH Ahmad Bisri. Salah satu muasis NU Padangan-Bojonegoro yang dijuluki Kiai Pejuang Pendidikan. Sosok yang bersama KH Rachmat Zuber, selalu berupaya agar Ma’arif NU Bojonegoro cepat-cepat didirikan.

Anak Angkat KH Hasyim Jalakan

KH Ahmad Bisri (1920-1993) tak bisa lepas dari sosok besar KH Hasyim Jalakan. Sebab, selain santri kinasih, Ahmad Bisri adalah anak angkat KH Hasyim Jalakan. Mbah Bisri sosok yang mendokumentasi dan mengawetkan karya dan kiprah perjuangan Mbah Hasyim Jalakan.

Baca Juga:  Pojok Literasi Aswaja; Rutinan Ngaji Riyadhus Sholihin di Kantor NU Bojonegoro

Setelah belajar dari keluarganya, di usia yang masih kecil, dia mengabdi di ndalem KH Hasyim Jalakan. Mbah Bisri adalah murid langsung KH Hasyim Jalakan. Saking dekatnya dengan KH Hasyim Jalakan, Bisri kecil diangkat Mbah Hasyim Jalakan sebagai anak angkat. Nama depan Ahmad adalah pemberian KH Hasyim Jalakan pada Ahmad Bisri yang semula hanya bernama Bisri saja.

Ahmad Bisri belajar banyak dari KH Hasyim Jalakan. Mulai ilmu Qur’an, fiqih, ilmu alat, hingga tafsir. Amad Bisri belajar menerjemah kitab juga dari Mbah Hasyim Jalakan. Kelak, Ahmad Bisri sering diminta mbadali Mbah Hasyim Jalakan saat sang guru tak bisa mengisi pengajian.

Mbah Hasyim pula sosok yang meminta Ahmad Bisri berkhidmah di NU. Bahkan, hampir semua anggota keluarga Mbah Hasyim didorong berjuang di NU.

Mbah Hasyim meminta anaknya yang bernama KH Sholeh Hasyim membawa NU ke Bojonegoro. Beliau meminta menantunya, KH Usman, agar membawa NU ke Cepu. Beliau juga memerintahkan anaknya yang lebih kecil, Hakam Hasyim dan anak angkatnya, Ahmad Bisri, untuk ngurus NU di Padangan.

Baca Juga:  Jepang

Mbah Hasyim memerintahkan Hakam Hasyim memperjuangkan NU lewat birokrasi pemerintahan, sementara anak angkatnya, Ahmad Bisri, beliau amanahi agar berjuang lewat dunia pendidikan.

Ahmad Bisri kian getol membuat majelis ta’lim di kawasan Padangan, untuk syiar dan melanjutkan kiprah KH Hasyim Jalakan di dunia pendidikan. Puncaknya, saat mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Nurul Ulum pada 1947 di Desa Mbaru Kecamatan Padangan.

Sejak saat itu, Ahmad Bisri dikenal dengan sebutan Mbah Bisri Mbaru. Sebab, yayasan pendidikan yang didirikan pada 1947 itu berada di Desa Mbaru. Yayasan itu menjadi yayasan pendidikan islam pertama di Kecamatan Padangan, yang diformalkan sepasca kemerdekaan.

Nasab Mbah Bisri Mbaru

Ahmad Bisri lahir di Desa Kuncen Padangan. Nasabnya: Bisri bin Warsun bin Kiai Sanusi bin Kiai Syahid bin Kiai Syihabuddin bin Kiai Istad bin Kiai Juraij bin Kiai Anom bin Syekh Abdul Jabbar Jojogan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *