Kisah Inspiratif: Mbah Harjo, Pejuang Veteran Berusia 110 Tahun yang Menunaikan Ibadah Haji

Mbah Harjo/Sumber: Kemenag

Sambil menggenggam setangkai mawar merah dan tongkat, Harjo Mislan, yang akrab disapa Mbah Harjo, turun dari bus dengan sangat hati-hati. Wajahnya datar tanpa ekspresi, mencerminkan perjalanan panjang yang baru saja ditempuhnya. Dengan usia yang mencapai 110 tahun, Mbah Harjo tercatat sebagai jemaah haji tertua se-Indonesia pada musim haji 1445 H/2024 M.

Ketika tiba di Hotel Dar Al Naem, Sektor 1 Daerah Kerja (Daker) Madinah, kedatangan Mbah Harjo disambut oleh para Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dan jemaah lainnya. Tanpa banyak kata, Mbah Harjo duduk di kursi roda dan diantar ke lobi hotel. Dia terlihat bingung, berusaha mengenali sekelilingnya, dan tampak diam saat ditanya tentang kabar dan kondisi kesehatannya.

Namun, air mukanya berubah ketika melihat lambang bendera merah putih di seragam petugas haji. “Merah putih?” tanya Mbah Harjo dengan nada penasaran kepada petugas Media Center Haji yang ada di lokasi.

Baca Juga:  Cartenius van der Meijden, Nyonya Belanda Jago Masak Sambal Era Kolonial

“Iya, Mbah. Ini petugas haji Indonesia. Sekarang ini Mbah sudah di Madinah. Ini semua petugas haji yang ada di sini,” jawab seorang petugas dengan lembut.

Mbah Harjo menganggukkan kepala dan mulai merespons berbagai pertanyaan. Dia mengaku perjalanan panjang dari Surabaya ke Madinah cukup melelahkan, namun merasa senang dan sehat setibanya di tanah suci. Saat berbincang dengan petugas, terungkap bahwa Mbah Harjo adalah seorang pejuang ’45 yang pernah ikut perang melawan Belanda. “Pakai pentungan,” kenangnya dengan bangga.

Mbah Harjo Pejuang

Sirmat, anak Mbah Harjo, menjelaskan bahwa ayahnya terdaftar sebagai pejuang veteran. Dari kelompok veteran tersebut, hanya Mbah Harjo yang masih hidup. “Dari kelompok veteran, tinggal Bapak yang masih ada,” ujar Sirmat.

Baca Juga:  Cerita Kampung Jawa di Mekkah

Mbah Harjo, yang juga merupakan pensiunan perangkat desa dan petani, masih aktif beraktivitas di usianya yang senja. Meskipun pendengarannya kurang optimal, ia masih bisa berjalan dengan bantuan tongkat. Kursi roda yang dibawa dari tanah air hanya digunakan untuk mempercepat pergerakan dan menghindari kerepotan.

Masih Bisa Jalan Kaki

“Sebenarnya bisa jalan sendiri, pakai kursi roda untuk mempercepat pergerakan saja, agar tidak merepotkan yang lain,” jelas Sirmat. Untuk berkomunikasi dengan sang ayah, mereka harus menggunakan suara yang lebih tinggi karena pendengaran Mbah Harjo yang menurun. “Iya, jadi kalau ngomong harus agak keras suaranya,” tambah Sirmat.

Dalam perjalanan haji kali ini, Mbah Harjo tidak hanya didampingi oleh anaknya, tetapi juga menantu dan besannya. Kini, mereka sedang menjalankan ibadah di Masjid Nabawi dan berziarah ke sejumlah lokasi bersejarah di Madinah sebelum menuju Makkah pada akhir bulan.

Baca Juga:  Biografi Bung Tomo, Sosok Penting Pertempuran 10 November 1945

Kisah Mbah Harjo bukan hanya sekadar cerita tentang seorang pejuang veteran yang menunaikan ibadah haji di usia yang sangat tua. Ini adalah kisah inspiratif tentang tekad, semangat, dan cinta terhadap tanah air yang terus berkobar meski usia terus bertambah. Perjalanan Mbah Harjo mengingatkan kita bahwa usia bukanlah halangan untuk mengejar mimpi dan menjalankan ibadah, serta bahwa semangat juang yang telah tertanam dalam dirinya sejak muda masih membara hingga kini. (Diolah dari sumber Kemenag RI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *