Daerah itu bernama Madyan sebuah kota di tenggara Gurun Sinai dekat Tabut, Arab Saudi dan Teluk Aqabah. Sebuah tempat diutusnya Nabi Syua’ib untuk mengemban risalah kebenaran dari Allah. Madyan adalah kota metropolis yang makmur dan sejahtera. Penduduknya banyak yang berprofesi sebagai pedagang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyaknya kaum pedagang dalam masyarakat memunculkan ukuran kesejahteraan berdasarkan kelas sosial.
Di dalam kemapanan kehidupan masyarakat, Nabi Syua’ib menyerukan bahwa sistem perekonomian yang mereka bangun berdiri di atas penindasan dan penghisapan. Hal ini tercermin dari kecurangan dalam sistem perdagangan berupa pengurangan takaran dan timbangan seperti yang termaktub dalam surat al-A’raf ayat 85 yang berbunyi “Dan (kami telah mengutus) kepada Madyan saudara mereka, Syua’ib.
Ia berkata: wahai kaumku sembahlah Allah, tidak ada bagi kami satu Tuhan pun selain-Nya. Telah datang kepada kamu bukti dari Tuhan kamu; maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan jangan kamu kurangi bagi manusia barang-barang mereka dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah perbaikannya. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu orang-orang mukmin”.
Maka Nabi Syua’ib diutus untuk menyeru kepada umatnya agar tidak memuja kepada harta benda yang dimiliki. Akan tetapi, menyandarkan diri pada kepatuhan kuasa Tuhan.
Di dalam ulasan buku Kisah-Kisah Pembebasan dalam Qur’an ini dijelaskan bahwa istilah takaran dan timbangan merupakan hal yang mengacu pada alat produksi. Kira-kira berabad-abad kemudian Karl Marx membeberkan kritik sistem ekonomi itu dalam hubungan substruktur dan suprastruktur. Substruktur adalah basis kekuatan produksi sedangkan suprastruktur adalah lembaga-lembaga kultural yang menopang kegiatan ekonomi.
Nabi Syua’ib mengkritik substruktur sebagai kumpulan pedagang curang dan suprastruktur sebagai keyakinan naif tentang Tuhan. Nabi Syua’ib mengatakannya sebagai kecurangan sedang Marx memilih sebutan nilai lebih. Substruktur dan suprastruktur ini jika bersekutu menjelma dalam bentuk materi yang menindas. Istilah yang lebih populer yakni kapitalisme, sebagai sistem ekonomi yang mengabaikan keadilan dan memuja ketamakan.
Eko Prasetyo, sang penulis buku yang lahir dari tradisi pers mahasiswa dan terkenal dengan karyanya buku Seri Dilarang Miskin dengan apik menyuguhkan hal yang berbeda dari kisah-kisah utusan Tuhan. Dalam buku ini, gaya bahasa yang dia gunakan cenderung lebih analitis, kalem, jauh dari nada provokatif dan kemarahan sebagaimana buku-bukunya yang lain.
Tak Lagi Dikagumi Anak
Penulis yang juga alumnus Fakultas Hukum UII tahun 1997, semasa kuliahnya memang pernah menjadi guru mengaji di Taman Pendidikan Al-Quran di Kotagede dan sempat didaulat menjadi Kepala Sekolah di kampung Pujokusuman Yogyakarta. Rekam jejak kehidupannya yang dekat dengan dunia ilmu agama, banyak tampak dalam buku ini.
Buku ini bisa dibilang sebagai manifestasi kegelisahannya atas kisah utusan Tuhan yang tak lagi membuat kagum anak-anak. Kebanyakan, metode penyampaian guru tidak menyihir pendengarnya, serta pendidikan agama tidak imajinatif, bahkan cenderung banyak berbicara kisah mengerikan tentang akhirat, yang kebanyakan mengenai siksa neraka. Inilah yang menjadikan faktor pendorong berikutnya penyusunan buku Kisah-Kisah Pembebasan dalam Quran yang senada dengan kesaksian penulis (hal: 14), awal pembuka tulisan dalam bab “Memori Guru Taman Kanak-Kanak.”
Buku ini berisi 25 kisah dalam Al-Quran dengan dominasi kisah-kisah Nabi. Kendati sering kita temukan dalam buku serupa, tetapi kemampuan penulis meramunya dengan berbagai pemikiran tokoh-tokoh pemikir terkenal seperti Karl Marx, Joseph E. Stighliz, Imanuel Kant, Nietzsche, serta tokoh-tokoh lain memperkaya bahasan sehingga mampu menyuguhkan pengetahuan baru dan berbeda.
Oleh sebab itu, buku ini menarik dan layak untuk dibaca terutama aktifis muslim maupun kalangan yang ingin mengkaji dan menekuni kajian Alquran lebih lanjut. Dengan itu, apa yang di harapkan Eko Prasetyo akan menjadi kenyataan, bahwa agama tak sekadar kepatuhan, perintah, dan larangan. Agama hadir ke khalayak melalui perantaraan kisah.
_______________
Data Buku:
Judul: Kisah-Kisah Pembebasan dalam Qur’an, Penulis: Eko Prasetyo, Penerbit: PUSHAM UII bersama RESISTBOOK dan MPM Muhammadiyah, Cetakan: I – Juli 2012, Tebal: 357 halaman, ISBN: 979109809-3
________________
*) Penulis adalah pecinta buku, dan kini sedang gemar mengunjungi perpustakaan-perpustakaan tua di Yogyakarta.