Kuda Ajampiani terlahir dari seorang ibu bernama Martaraga. Ayahnya seorang pemberani, Arya Ranggalawe. Saat Anjampiani masih kecil, Ranggalawe berangkat ke Tarik, ibukota Majapahit. Kepergian Ranggalawe adalah kepergian terakhir, karena sejak saat itu ia tak kembali ke Tuban. Selamanya.
Anjampiani putra dari Ranggalawe kemudian diboyong oleh sang kakek, Arya Wiraraja ke Lumajang. Kehidupan baru dimulainya. Anjampiani kemudian diminta berguru di padepokan Lemah Putih yang dipimpin Mpu Baraga yang berasal dari negeri China. Mpu Baraga dikenal dengan nama Ba Ma.
Di bawah asuhan Ba Ma, Anjampiani dipaksa belajar disiplin tubuh dan disiplin rasa. Berbagai ‘laku’ dilakoni Anjampiani. Ia pun dikenal sebagai pujangga muda. Namanya pun mulai dikenal di seantero Majapahit.
Anjampiani kemudian pergi ke rumah Patih Nambi. Perlu diingat, kematian Ranggalawe tak bisa dipisahkan dari pengangkatan Nambi sebagai Patih Majapahit. Ranggalawe menolak keputusan itu dan kemudian dianggap memberontak. Akhir kisahnya sudah diketahui. Ranggalawe terbunuh.
Di rumah Nambi, Anjampiani bertemu dengan Dewi Sekartaji Asmara, putri dari Nambi. Kisah asmara keduanya pun terjalin dan akhirnya mereka menikah. “Pernikahan politi” begitu komentar Arya Wiraraja, sang kakek.
Anjampiani dikenal sangat peka dengan pertanda-pertanda apa yang akan terjadi di kemudian hari. Pikirannya yang tajam dan perasaannya yang halus membuatnya dikenal sebagai pujangga yang ‘alim’.
Anjampiani dan Dewi Sekartaji Asmara hidup jauh dari dunia politik. Ketika Majapahit dipindahkan dari Tarik ke Trowulan oleh Raja Jayanegara atau Gala Gemet, Anjampiani dan istri tetap ada di Tarik. Namun, kemudian mereka pindah ke Tuban untuk kemudian menetap disana. Anjampiani dan Dewi Sekartaji Asmara tak memiliki keturunan.
***
Kisah itu, saya baca dari novel Kidung Anjampiani karangan Bre Redana. Buku yang diterbitkan oleh TandaBaca tersebut cukup menarik. Anda penyuka sastra, Anda penyuka sejarah, tentu akan menyukai buku ini. Apalagi, Anjampiani sangat minim literatur.
Dalam buku ini, tak hanya kisah Anjampiani saja yang dikulik. Akan tetapi, berbagai tokoh dalam sejarah Kerajaan Majapahit banyak disinggung. Gajah Mada yang dekat dengan Ibu Gayatri Rajapatni, membiarkan Ra Tanca membunuh Raja Jayanegara saat sang raja menderita sakit kelamin. Ada narasi juga menyebut Ra Tanca membunuh Raja Jayanegara karena istrinya pernah digoda oleh sang Raja. Gajah Mada memanfaatkan Ra Tanca membunuh raja, dan kemudian dia yang naik ke Patih Majapahit, saat raja digantikan oleh Tribuana Tunggadewi.
Bagaimana menurutmu? Silakan baca bukunya langsung ya! dan cek YouTube PustakaSuara.