Ledre, tentu banyak yang sudah mengenalnya. Terutama, mereka yang pernah tinggal atau setidaknya melintasi Bojonegoro. Sebuah kota yang melabeli diri sebagai Kota Ledre. Meski menjadi kata sandang yang kerap disebut, sekaligus didapuk menjadi makanan khas yang kerap dibangga-banggakan, saya kurang yakin jika sudah banyak yang tahu tentang sejarah panjang dan cikal-bakal nama Ledre diambil.
Aroma wangi, rasa manis dan tekstur lembut pada Ledre, memang identik sebagai jajanan cinta. Jajan yang cocok untuk dijadikan hadiah bagi mereka yang sedang jatuh cinta. Kita tahu, orang jatuh cinta tiba-tiba bisa berperangai halus dan manis. Namun, kadang-kadang, mereka juga mudah rapuh saat terpatahkan. Nah, halus, manis dan mudah patah adalah kecenderungan tekstur hati fisik Ledre.
Tentu, bukan tanpa alasan jika Ledre menjadi jajanan yang cocok untuk hadiah percintaan. Ada dua alasan yang mendasari itu semua. Pertama, membelikan coklat dan ice cream sudah terlampau mainstream, sedangkan Ledre bisa jadi pilihan sebagai jajan klasik yang tetap elegan. Boleh lah jika diibaratkan dengan mall dan museum. Satunya modern tapi membosankan. Satunya sepi, kuno dan nyaman untuk berduaan belajar dan menambah ilmu pengetahuan.