Ketika Kemampuan membaca berbanding lurus terhadap penguasaan matematika dan sains.
Meningkatkan minat literasi memang bisa dilakukan dengan bermacam cara. Satu di antaranya, mengaktifkan kembali aktivitas pembuatan buletin sekolah. Seperti yang dilakukan para santri di SMP Plus Ar-Ridwan Bojonegoro.
Harus diakui, minimnya daya baca masyarakat memang jadi masalah turun-temurun di Indonesia. Sebab, meski buta huruf sudah mulai tak terlalu ada, buta baca masih banyak dan berganda. Tentu saja ini dibuktikan melalui penelitian.
Central Connecticut State University Amerika Serikat pernah melakukan study bertajuk “Most Littered Nation in the World” pada 2016 silam. Pada penelitian yang fokus merangking minat baca tersebut, posisi Indonesia bertengger di nomor 60 dari 61 negara. Tepat di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana yang berada di peringkat (61).
Atas dasar penelitian itu pula, bermacam gerakan literasi di seluruh Indonesia mulai gencar dilakukan. Dari yang menghimpun diri melalui komunitas-komunitas, hingga melalui kegiatan di lembaga pendidikan.
SMP Plus Ar-Ridwan Bojonegoro berupaya meningkatkan minat literasi para santri melalui giat pembuatan buletin sekolah. Selain meningkatkan minat literasi, kegiatan ini dipercaya mampu melatih tanggung jawab dan kreativitas para santri.
Buletin sekolah sempat populer pada era 2000 hingga 2010. Saat itu, hampir tiap sekolah memiliki buletin atau majalah sebagai lembar publikasi kegiatan sekolah. Namun, eksistensi buletin sekolah menurun seiring kian dominannya giat-giat berbasis digital.
Anehnya, digitalisasi media tak membuat buletin sekolah terbawa dalam euphoria-nya. Buletin sekolah ditinggalkan. Tapi proses transformasi buletin sekolah ke dunia digital tak juga kunjung dilaksanakan. Dampaknya, buletin sekolah pun punah.
Atas alasan itulah, SMP Plus Ar-Ridwan Bojonegoro mulai menggiatkan kembali pembuatan buletin sekolah. Targetnya, sebagai wasilah para santri untuk mempertajam kepekaan berkreasi.
Buletin sekolah yang dibikin para santri, memang masih amat sederhana. Rubriknya belum banyak. Hanya ada ulasan tentang tokoh masyayikh, figur santri, karya santri dan sejumlah kegiatan yang dihelat di pondok pesantren.
Namun, keterlibatan para santri dalam hal membaca dan menulis teramat maksimal. Sebab, mau tidak mau, mereka harus membaca dan terus menulis demi merawat eksistensi buletin tersebut.
Melalui buletin sekolah, minat baca dan kemampuan menulis para santri diharap mengalami peningkatan. Sebab, bagaimana buletin bisa dibikin kalau tak ada santri yang membaca dan menulis. Mengingat, buletin dibikin para santri sendiri.
Pembuatan buletin sekolah memotivasi para santri untuk lebih rajin membaca. Sebab hanya dengan membaca, ide mudah didapatkan. Pembuatan buletin sekolah, juga melatih para santri lebih rajin menulis. Sebab hanya dengan itu, buletin sekolah tetap terus tercetak.
Kemampuan Membaca Berdampak pada Kemampuan Matematika
Dalam jurnal berjudul Achievement Growth in Children with Learning Difficulties in Mathematics yang diterbitkan Journal of Educational Psychology (2002), Nancy C. Jordan, David Kaplan, dan Laurie Hanich memaparkan bahwa kemampuan akademik seorang siswa ditentukan kemampuan membacanya.
Kemampuan membaca yang rendah berakibat buruk terhadap kemampuan matematika. Tapi, kemampuan matematika, tinggi atau rendah, tak mempengaruhi kemampuan membaca.
Dikutip dari Tirto.id, dalam Reading Achievement and Science Proficiency (Reading Psychology, 2009), Jennifer Cromley dari Temple University, Amerika Serikat, mengungkapkan, ketelatenan membaca dan kemampuan sains punya kedekatan.
Dalam laporan tersebut, ada kaitan antara kemampuan siswa memahami bacaan dan kemampuan mereka memahami mata pelajaran sains, dengan rata-rata korelasi hingga 819 secara global.
Terlepas seberapa tepat hasil penelitian tersebut, setidaknya membuktikan bahwa kemampuan dan minat baca seorang siswa teramat penting. Sebab, satu-satunya cara untuk melatih kemampuan mencerna teks ialah membaca.
Semakin banyak seorang siswa membaca dan semakin ia terbiasa memahami teks-teks yang kompleks, maka akan menjadikan siswa tersebut pembaca yang lebih baik.
Namun, membaca adalah kebiasaan yang dibentuk lingkungan. Mereka yang tak mendapat kebiasaan membaca dari keluarga dan pergaulannya, hanya dapat mengharap sekolah untuk memperkenalkan kebiasaan membaca pada mereka.
Melalui buletin sekolah, SMP Plus Ar-Ridwan Bojonegoro mencoba tingkatkan daya baca para santri. Selain mempertajam kreativitas, tingginya minat baca santri diharap memberi dampak positif pada kemampuan mereka dalam penguasaan matematika dan sains.