Djoko Soekiman menulis buku berjudul Kebudayaan Indis. Dari buku itulah saya membayangkan bagaimana kebudayaan Eropa bertemu dengan kebudayaan Jawa. Dan dalam perjalanan waktu, pertemuan dua budaya itu menghasilkan kebudayaan Indis. Yakni kebudayaan baru yang mencakup dunia kuliner, gaya pakaian, arsitektur rumah, dan lain sebagainya.
Oliver Johannes Raap menulis buku Pekerdja di Jawa Tempo Doeloe yang kemudian makin membawa saya ke kehidupan masyarakat Jawa di masa Hindia Belanda. Buku ini menyajikan foto-foto ‘profesi’ masyarakat Jawa, seperti toekang kopi, toekang kelontong, dan penjual-penjual keliling lain zaman dulu.
Kita bisa membayangkan bagaimana pedagang-pedagang keliling dengan memikul dagangannya berhenti di tepian jalan yang kanan kiri masih ditumbuhi pohon besar, dikerubungi warga yang hendak membeli. Tapi ini mungkin ada di perkampungan-perkampungan. Lalu bagaimana suasana perkotaan atau di pusat pertokoan?
Nah, berada di ruang pameran iklan enamel jadul era tahun 1940 an di Bentara Budaya Yogyakarta ini serasa berada jauh di era Hindia Belanda. Banyak iklan-iklan jadul berbagai produk, mulai produk dalam negeri atau luar negeri. Kita bisa membayangkan bagaimana toko-toko itu memajang iklan enamel di luar toko sebagai plang nama.
Iklan Good Year
Kalau Ajinomoto pasti tahu kan?
Ban Speda Dunlop, Termashoer Sedari Tahoen 1888