Kamu akan tahu arti sendirian ketika dalam keramaian dan sebaliknya, kamu akan mengerti makna keramaian saat sendirian.
***
Awal tahun 2022 tentu menjadi hal yang membahagiakan bagi setiap orang. Banyak yang merayakannya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan jalan-jalan. Saya pun juga, merayakan tahun ini bersama keluarga dan tetangga.
Sayangnya, awal tahun ini saya merasa ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya saya selalu semangat menyambut pergantian tahun dengan berbagai resolusi. Selain itu, resolusi yang dibuat bukan sekadar wacana sebab saya sering bisa menyelesaikannya.
Tahun lalu, saya banyak mengisi dengan berbagai kegiatan baik online atau offline, membaca buku hingga membuat beberapa karya. Sayangnya, ada satu resolusi yang tidak terselesaikan sehingga saya harus menyelesaikannya tahun ini. Kalau boleh tahu, kira-kira resolusi apa saja yang sudah kamu selesaikan?
Nyatanya, beberapa hari di awal tahun ini tidak memberikan kesan yang baik bagi saya. Rasanya terdapat beberapa hal yang seakan hilang dan memberikan kehampaan. Saya berusaha keras mencari penyebabnya hingga tak jarang saya berkeliling kota Bojonegoro. Hari demi hari berganti dan saya belum menemukan apa yang hilang itu? Mungkin kondisi ini bukan kali pertama saya alami, tetapi rasanya bingung harus bagaimana?
Hati saya terasa kosong dan tidak dapat merasakan apa-apa. Tidak senang dan tak merasakan sedih juga. Hampa, tidak ada isinya. Lebih buruk daripada itu saya merasakan ketidakpercayaan diri. Merasa tidak yakin bahwa ini benar-benar saya. Mengunjungi tempat yang nyaman hingga menyendiri telah saya lakukan. Rasanya tetap sama, hambar.
Suatu malam, saya memutuskan untuk keluar mencari makanan dan angin segar. Mungkin saja malam itu lebih baik dari sebelumnya. Saya putuskan juga untuk membeli sempol, lalu membiarkan motor yang saya kendarai berjalan sesuai kehendak hati.
Akhirnya, tiba-tiba saya sampai di depan Masjid Darussalam. Dengan ragu-ragu, saya ingin antara berhenti atau terus melajukan kendaraan. Akhirnya, saya memutuskan berhenti sejenak dan melihat sekitar. Saya dengarkan lantunan ayat Al-Qur’an yang terdengar dari masjid tersebut. Rasanya lebih damai dari sebelumnya.
Setelah dipikir cukup, akhirnya saya putuskan untuk kembali ke kos-kosan. Di perjalanan pulang, saya merasa menemui sebuah sosok yang tidak asing di depan warung, kiri jalan lampu lalu lintas, tepatnya di Jambean. Namun, saya tidak tahu kebenarannya, sebab tiba-tiba lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Sehingga saya langsung melajukan kendaraan dan spontan menutup telinga kiri, karena terdengar klakson yang cukup membikin ngilu.
Kendaraan yang saya kendarai terus berjalan melawan hawa dingin dan berhenti di kos-kosan. Lagi-lagi sepi. Hanya saya sendirian yang berada di sana, sebab anak kos lainnya pulang dan belum kembali.
Makna keramaian saat sendiri
Saya berusaha mengisi kekosongan dengan mendengarkan musik atau nonton film. Ternyata, kadang sendirian memang tidak mengenakkan. Meskipun saya biasa dengan suasana sendiri atau mengunjungi berbagai tempat tanpa teman.
Nyatanya, hal ini memang kadang menjengkelkan. Memang benar ya perkataan bahwa, “Kamu akan tahu arti sendirian ketika dalam keramaian dan sebaliknya, kamu akan mengerti makna keramaian saat sendirian.”
Dari sanalah, saya belajar bahwa saya memang membutuhkan keberadaan orang-orang tetapi tidak dalam batas berlebihan. Maksudnya, saya juga perlu sendiri untuk mengisi ulang daya tubuh. Akan tetapi, juga butuh manusia lain untuk memberikan warna dan berbagi banyak hal.
Saya harus tahu batasan dalam bersosialisasi dengan orang-orang, agar tidak cepat kehabisan energi. Saya bukannya sombong atau tidak mau berinteraksi, tetapi lebih mau mengukur kemampuan diri dalam melakukannya.