BUKU  

Mengenal Bumi Manusia dalam Rupa Fotografi

Saya membeli buku ini dengan tak sengaja. Artinya, tak ada niat membeli buku, lalu pergi ke toko buku untuk mendapatkannya. Tapi, saat itu, saya ke toko buku Nusantara untuk ‘hitung-hitungan’ uang untuk buku-buku yang kami terbitkan. Laku berapa eksemplar dan sisa berapa eksemplar.

Lalu, tampaklah buku itu dipajang di rak depan. Judul: Bumi Manusia berwarna merah cukup menarik. Tetralogi Pulau Buru karangan Pramoedya Ananta Toer, penulis dari Blora ini, cukup terkenal. Mulai Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca telah saya lahap jauh sebelum film Bumi Manusia beredar. Terus terang, sampai sekarang, saya tak pernah nonton filmnya, yang dibintangi Iqbaal Ramadhan sebagai Minke.

Kembali ke soal buku, di bawah judul utama ada gambar dua pria dan kereta kuda. Di bawah foto ada tulisan subjudul: Fotografi dari Film Bumi Manusia.  Seketika, saya pun tertarik. Setidaknya saya mengimajinasikan akan menikmati foto-foto di dalam buku tersebut. Bagaimanapun juga, buku fotografi sangat menarik bagi saya. Buku pun berpindah tangan kepadaku.

Baca Juga:  Review Buku Kisah Perjalanan Dua Lelaki Patah Hati; Sejarah dan Cinta yang Marah

Tak butuh waktu lama menyelesaikan seluruh isi buku ini. Bagi saya, menikmati buku fotografi bisa diulang-ulang semau kita. Tapi yang paling menarik, buku tak sekedar foto-foto yang dilayout halaman demi halaman. Akan tetapi, buku fotografi ini juga menghadirkan cerita Bumi Manusia lewat potongan-potongan adegan film dalam rupa foto, lengkap dengan cuplikan dialog, atau quote tokohnya.

Bagi kita yang telah pernah membaca Bumi Manusia, akan mudah terbawa oleh foto-foto yang mengajak kita mengikuti alur kisah Bumi Manusia.

Diawali dari pertemuan Minke dengan Suurhof, yang kemudian menantangnya untuk menaklukkan hati Annelies Mellema, perkenalan Minke dengan Annelies, dan perkawinan Minke dengan Annelies, hingga perjuangan Minke Bersama Nyai Ontosoroh (ibunda dari Annelies) untuk melawan hukum Eropa yang menginjak-injak martabat orang pribumi.

Baca Juga:  Kisah Dinasti Prabu Tawang Alun dan Kerajaan Macan Putih di Blambangan

“Aku Pribumi” kata Minke.

“Kenapa dengan pribumi? Ibuku pribumi jawa” kata Annelies.

“Koe kira kalo pake baju eropa, Bersama orang eropa, bisa bicara eropa, lalu jadi eropa? Koe tetep monyet” kata Herman Mellema (kakak dari Annelies)

“Seorang yang terpelajar harus berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan” kata Jean Marais.

“Saya hanya ingin jadi manusia bebas Bu. Tidak diperintah dan tidak juga memerintah. Dan dunia saya bukan upah, jabatan, pangkat, atau kecurangan. Dunia saya, bumi manusia dengan segala persoalannya” kata Minke.

“Sebenarnya, papa orang yang baik. Papa mengajari mama banyak hal. Memberikan semuanya. Kecuali satu, menikahi mama secara sah” kata Annelies.

“Kita akan jadi pribumi pertama yang melawan pengadilan putih. Tanpa pengacara! Dengan melawan kita tak sepenuhnya kalah” kata Nyai Ontosoroh.

Baca Juga:  Review Novel Menolak Ayah; Jalan Berliku Kehidupan Tondinihuta

“Mas, kita kan pernah bahagia…., kenang yang itu saja, jangan yang lain” kata Annelies.

Sengaja saya kutipkan beberapa dialog singkat yang termaktub dalam buku foto tersebut. Dengan mengikuti kutipan-kutipan tersebut, setidaknya kita akan kembali teringat pada pembacaan buku Bumi Manusia.

Buku setebal 200 halaman ini sangat cocok bagi anda pecinta fotografi, atau anda yang ingin mengenal Bumi Manusia dalam rupa fotografi. Selamat menikmati!

Identitas buku:

Judul: Bumi Manusia, Fotografi dari Film Bumi Manusia

Penyusun: Falcon Publishing

Fotografer: Yusuf Yudo

Cetakan: Juli 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *