Sinar lampu Gedung Pemkab tujuh lantai memancar ke bawah dengan binar. Persis mengenai trotoar dan jalan di timur Alun-Alun Bojonegoro. Redup malam itu menjadi keteduhan kala para pemuda Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro ini me-launching Jazz Bengawan, pada Sabtu (11/11).
Tak terasa gelap pun jatuh.
Di ujung malam, menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang mala mini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya.
Sepenggal bait dari lagu Payung Teduh berjudul Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan itu menjadi pembuka launching Jazz Bengawan digelar di tepi Jalan Mas Tumapel atau depan kantor Pemkab Bojonegoro. Petikan gitar akustik meneduhkan pengendara yang bising deru mesin.
Satu per satu pengendara motor berhenti dan melihat aksi anak-anak bengawan. ‘’Wah, ada Jazz Bengawan yaa. Asyik event ini,’’ kata Didik salah satu warga menyempatkan melihat launching berbalut musik akustik ini.
Dalam acara launching Jazz Bengawan, Faris Sigit memetik gitar dengan indah. Jari-jemarinya tak berhenti bergerak. Pemuda pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini begitu menghayati lagu Payung Teduh tersebut.
Sedangkan, Febri menabuh kajon atau drum box dengan teratur. Dua telapak tangannya tak henti memukul kotak kayu diplitur tersebut. Kolaborasi akustik ini memberi warna malam di tengah warga yang mencari keindahan. Tentu, semua bergerak seperti sebuah pertunjukan musik.
Ada tujuh lagu Payung Teduh yang dinyanyikan malam itu. Kebetulan, Payung Teduh ini menjadi guest star Jazz Bengawan digelar pada 16 Desember mendatang. Launching Jazz Bengawan digelar dengan begitu sederhana, tapi memikat pengunjung yang melintas di alun-alun kota Bojonegoro.
“Launching ini bagian awal pelaksanaan Jazz Bengawan digelar 16 Desember nanti. Ini event perdana di Bojonegoro yang dirasa kekinian,” kata Ketua Pelaksana Jazz Bengawan Faris Sigit.
Jazz Bengawan bukan hanya mengandalkan pertunjukan guest star saja. Sebaliknya, event ini jazz untuk pelestarian Bengawan Solo. Ada beragam kegiatan lingkungan merawat sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.
Mulai pelepasan ikan-ikan ke bengawan. Penanaman pohon di tebing-tebing bengawan. Hingga kampanye jangan buang sampah di bengawan. “Jazz Bengawan ini setitik langkah merawat sungai yang mulai tak terawatt,” ujar Faris sapaan akrabnya.
Jazz Bengawan ini tetap menghadirkan hiburan yang menawan. Selain Payung Teduh, beragam komunitas jazz di Bojonegoro akan ikut unjuk gigi. Mereka akan menyuguhkan musik yang menghibur. Event nasional ini sekaligus mengenalkan musik etnik khas Bojonegoro.
Seperti musik campursari berpadu jazz. Hingga tari-tarian khas Jonegaran. “Ini semua demi Bojonegoro. Agar Bojonegoro yang dilewati bengawan ini menasional. Baik wisata, alam, industri kreatif, hingga potensi kekayaan alam. Semua demi Bojonegoro,” ujar Faris.