“… ada semacam kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Nabi Muhammad”
Tokoh pertama yang menjadi pilihan Hart adalah Nabi Muhammad SAW. Muhammad, menurut Hart adalah sosok yang paling berpengaruh di dunia, baik ditilik dari urusan agama maupun urusan dunia. Tentu saja hal ini menimbulkan banyak pertanyaan dan cukup mengejutkan para pembaca atau bahkan menimbulkan ketidakseujuan dari para pembaca yang kontra. Hart sudah memaklumi itu.
Barangkali kita sebagai pembaca tentu bisa saja tak setuju dengan pilihan Hart, itu boleh dan tentu sah. Dan misal para pembaca yang baik mau menyusun dan merangking 100 tokoh paling berpengaruh di dunia itu tentu akan lebih sangat baik. Ya, setidaknya bisa memberikan bandingan kepada Hart atas buku yang telah disusunnya dengan merangkingkan Nabi Muhammad di urutan pertama itu. Pasti akan keren.
Oke, kita lanjut.
Berasal dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu agama terbesar di dunia; Islam. Dan pada saat yang bersamaan ia juga tampil sebagai pemimpin yang tangguh, tulen serta berwibawa. Meski kini sudah 13 abad sesudah wafatnya, pengaruhnya tetap kuat dan mendalam.
Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arab — suatu tempat yang saat itu merupakan daerah yang paling terbelakang dan jauh dari pusat perdagangan, seni maupun khazanah keilmuan.
Menjadi yatim piatu di umur 6 tahun, dibesarkan di suasana sekitar yang sederhana dan rendah hati. Keadaan ekonominya mulai membaik saat ia berusia 25 tahun tatkala ia menikahi janda berada. Dan bagaimanapun sampai mendekati umur 40, nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.
Saat itu bangsa Arab tak memeluk agama tertentu kecuali hanya menyembah berhala, menurut beberapa sumber, ada sebagian kecil bangsa Arab yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani. Hart berpendapat, besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal tuhan.
Sampai akhirnya Muhammad mendapatkan wahyu dan mulai menyebarkan agama Islam. Selama tiga tahun awal Muhammad hanya menyebarkan agama secara terbatas dan sembunyi-sembunyi. Masih terbatas kepada para sahabat dekat dan para kerabatnya.
Baru pada saat tahun 613, ia mulai tampil ke publik. Sudah barang tentu segala cobaan dan rintangan saat ia menyebarkan agama selalu saja datang menghadang. Secara perlahan namun pasti, Muhammad akhirnya sedikit demi sedikit mulai mempunyai pengikut.
Sampai tiba di suatu keadaan bahwa Muhammad dicap sebagi seorang yang berbahaya dan bikin onar olah penguasa Mekkah. Berbagai ancaman dan peringatan selalu tiba meneror Muhammad. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, sebuah kota di utara Mekkah berjarak kurang lebih 200 mil. Dan di kota ini, ia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.
Hijarahnya Nabi Muhammad ke Madinah ini merupakan perihal penting sekaligus titik balik bagi kehidupan Nabi. Karena di Madinah ini pengikut nabi semakin banyak bertambah. Seiring bertambahnya pengikut yang semakin merebak, serentetan pertempuran pecah antara Mekkah dan Madinah. Dan peperangan itu berakhir pada 630 M dan berhasil dimenangkan oleh pihak Muhammad.
Sisa dua setangah tahun dari hidupnya, Muhammad menyaksikan kemajuan luar biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk agama Islam.
Bangsa Arab yang saat itu jumlahnya relatif kecil itu seketika menjelma bangsa yang begitu tangguh dan sanggup menaklukan banyak wilayah dalam penyebaran agama Islam.
Di sebelah timur laut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang amat luas. Di barat laut Rabaia berdiri Byzantine atau kekaisaran Romawi Timur dengan Konstatinopel sebagai psatnya.
Dilihat dari jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun bangsa Arab atas pengaruh Nabi Muhammad itu mampu menaklukan Mesopotamia, Siria dan Palestina.
Penaklukkan besar-besaran di bawah pimpinan sahabat nabi dan penggantinya Abu Bakar dan Umar bin Khatab, itu sedak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ.
Pada 711 M, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi samudra Atlantik. Dari situ membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visighotic di Spanyol.
Jika diukur dari jumlah banyaknya pemeluk Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Islam. Lantas apa alasan Hart menempatkan Nabi Muhammad di urutan pertama?
Hart setidaknya mempunyai beberapa alasan. Pertama, Muhammad memainkan peranan yang jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok etika dan moral , namun St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen dan penulis sebagian besar Kitab Perjanjian Lama.
Sebaliknya, Nabi Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tetapi sekaligus terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Dia juga sebagai ‘pencatat’ Kitab Suci Al-Quran. Sebagian dari wahyu ini disalin dengan cara sungguh-sungguh dan dihimpun dalam bentuk yang kokoh tak tergoyahkan tak lama setelah ia wafat.
Al-quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandang-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya, karena itu adalah wahyu dari Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dan terjaga keasliannya dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai saat ini.
Karena Al-quran sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani. Pengaruh Muhammad dengan lantaran Al-quran memang tak terelakkan lagi.
Lebih jauh dari itu, Muhammad bukan saja pemimpin agama tapi juga pemipin di dunia. Fakta menunjukkan selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukkan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
Dari berbagai peristiwa sejarah orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemipinan khusus dari seorang yang mengepalai mereka. Sebut saja koloni-koloni di Amerika Serikat mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak ada.
Tapi, hal itu tidak berlaku pada derap penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Ya, karena tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad. Dan sukar menemukan alasan untuk menyangkal jika penaklukan itu bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad.
Posisi sentral Al-quran di kalangan kaum muslim dan tertulisnya juga dalam bahasa Arab itu, besar kemungkinan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang beraneka ragam.
Menurut Hart, ada semacam kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Nabi Muhammad.