Nggurit dan Nyrikak Bareng Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro

Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB) ajak siapapun yang berminat untuk menulis gurit (puisi) dan cerkak (cerpen) dengan tema Pageblug Covid. Ini ditujukan sebagai catatan sejarah bagi generasi penerus.

Tentu saja, penulisan gurit dan cerkak menggunakan bahasa Jawa. Penulisan secara kolektif ini, tentu bukan tanpa tujuan. Para sesepuh PSJB berniat mengumpulkan tulisan sebagai wasilah pengingat bagi generasi penerus.

Para generasi penerus harus ingat bahwa pada tahun-tahun ini, dunia dilanda kejadian luar biasa berupa pageblug Covid 19. Dan kejadian tersebut, harus bisa diingat dengan sebuah karya.

Baca Juga:  Fastabiqul Khoirot Online, Cara Dakwah di Masa Pandemi Covid-19

Karya berupa gurit dan cerkak tersebut, juga ditujukan agar semua ingat bahwa seberapa kuat wabah mengacan manusia, ia tak bisa memenjara imajinasi. Justru, semua fenomena alam adalah konsumsi bagi imajinasi.

Terlepas dari itu semua, ajakan PSJB ini juga bukti betapa sastra Jawa, betapapun keadaannya, tak pernah luntur diterjang zaman. Ia, justru tetap hidup dan menyublim di tiap dinding dan kelokan zaman.

Baca Juga:  Buku Tiga Kuda di Bulan Tiga dan Lampirannya Karya Mardi Luhung

Ajakan menulis Gurit dan Cerkak ini bisa diikuti siapapun. Temanya Pageblug Covid. Para pengirim hanya boleh mengirim satu jenis kiriman. Misal, gurit saja atau cerkak saja.

Untuk gurit, para pengirim boleh mengirimkan sampai lima judul gurit bertema Pageblug Covid. Sementara cerkak, hanya boleh mengirim satu judul cerkak bertema Pageblug Covid. Pengiriman dimulai pada 10 Agustus dan ditutup 10 Oktober 2021.

Untuk diketahui, Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB) merupakan organisasi sastra Jawa paling senior di kawasan Jawa Timur, setidaknya Bojonegoro. Paguyuban yang didirikan pada 1982 itu tak pernah berhenti memelihara khazanah budaya Jawa.

Baca Juga:  BMI: Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe

Adanya ajakan menulis Gurit dan Cerkak, juga ditujukan agar dalam kondisi bagaimanapun, sastra Jawa tetap bisa hidup dan berperan bagi kebudayaan manusia. Sastra Jawa tak akan hilang digebug zaman, tak akan mati diancam pandemi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *