Dari kiri ke kanan: Radinal, Wisnu, Oki Kocin, dan Rohit. Empat punjer dan dedengkot Ngaostik. Mereka melakukan perjalanan spiritual sebelum perhelatan Ngaostik digelar. Selain mendekatkan diri pada pemilik alam semesta, perjalanan itu juga ditujukan untuk membersihkan diri dari kenangan-kenangan buruk.
Dilihat dari mimik wajah, memang terlihat siapa yang paling muda dan siapa yang paling dewasa. Dia yang tertawa begitu lebar menunjukkan keranuman usia, semakin sedikit sudut bibir yang terbuka, memperlihatkan kematangan jiwa dan kemantapan hati menuju jenjang berkeluarga.
Apa yang paling penting dari sebuah perjalanan? Adalah ingatan. Adalah kesan. Adalah kenangan. Perjalanan yang kita lakukan hari ini, akan menjadi ukir kesan yang bakal tergores lama sebagai bingkai album kehidupan kelak di kemudian hari.
Jika hidup adalah jarak antara tidur dan terjaga, kenangan adalah kasur empuknya atau bisa juga sebagai mimpinya. Kenangan yang baik tentu membuat kita betah glimbang-glimbung di kasur. Sedangkan kenangan yang buruk, membuat kita ingin segera bangun tidur dan nonton piala dunia bersama teman-teman saja.
Perjalanan, seperti saat engkau melamun di atas WC toilet. Memberi kenikmatan personal. Melakukan perjalanan dengan tujuan sama, kenikmatannya pun berbeda-beda. Itu sama seperti saat kita buang hajat di WC yang sama, tentu keseksamaan dan kenikmatannya berbeda. Tergantung suasana hati.
Perjalanan adalah kenikmatan. Menikmati kenikmatan-kenikmatan yang hanya bisa dirasakan dengan menggerakkan tubuh dan pikiran menuju ruang berbeda. Sebab, ada wilayah pikiran yang kerap disekap bosan sehingga butuh dibasuh dan dibilas dengan perjalanan.
Terlepas dari kenikmatan yang ditawarkan perjalanan, ada satu hal penting lain. Yakni catatan kenang. Gores kesan dan bingkai ingatan-ingatan yang kelak, puluhan tahun lagi, saat kita mengingatnya, ada garis getar yang menabrak jarak dan menindih ruang lalu membawa kita pada nuansa saat kita melakukan perjalanan puluhan tahun lalu itu.
Persahabatan tidak ubahnya seperti perjalanan. Dia meremajakan pikiran sekaligus mendewasakan hati. Di tengah hidup yang sangat sebentar ini, berterimakasih pada persahabatan adalah keniscayaan.
Terimakasih persahabatan.