Untuk pertama kalinya setelah waktu yang tak bisa diingat lagi, Mexican Wave berombak di Stadion Letjend H. Soedirman. Dua mazhab suporter bersatu-padu dengungkan kerinduan.
———————————
Laga spektakuler Persibo vs Madura United yang digelar di Stadion Letjend H. Soedirman pada senja, 8 Mei 2018, tidak hanya meninggalkan roman gairah sepakbola yang besar di Bojonegoro. Namun juga menuai pujian dari Sekjend PSSI, Ratu Tisha Destria. Ratu memuji antusiasme penonton sepakbola di Bojonegoro yang teramat luar biasa besar.
Terlepas dari kekalahan Persibo melalui adu penalti, laga itu menampilkan perlawanan mati-matian bak legenda David vs Raksasa Goliath —- Persibo yang kini berada di kasta 3 Liga Amatir, mampu membikin repot Madura United hingga membuat kocar-kocar pertahanan klub dari Pulau Madura itu—- juga tuai pujian dalam hal dukungan suporter.
Lebih dari sebuah pertunjukan belaka, pertandingan itu menimbulkan gemuruh yang memicu dengung jutaan tawon di sekujur stadion. Kondisi tersebut, tentu membuat para pemain Madura United sulit mengembangkan rasa percaya diri. Selain gemuruh stadion, kreativitas barisan suporter Persibo juga diacungi jempol banyak orang. Salah satunya, Ratu Tisha Destria yang sangat terkesima dengan koreografi para suporter Persibo.
“Antusiasme (para penontonnya) sangat luar biasa,” kata Ratu pada gangkecil.com, dijumpai di lobi Stadion SLS seusai laga.
Perempuan 31 tahun yang pernah mengenyam pendidikan S-2 di FIFA Master di Inggris, Italia, dan Swiss selama 1,5 tahun pada 2013 silam itu, mengaku kagum dan terkesima pada antusiasme masyarakat Bojonegoro pada sepakbola. Tidak hanya antusiasme saja, penampilan dan kreativitas para suporter dalam mengaktualisasikan dukungan juga terkesan sangat elegan.
“Tidak hanya pelaksanaannya yang lancar, tapi koreografinya juga sangat memukau,” imbuh Ratu.
Dalam laga tersebut, untuk pertama kalinya lingkaran stadion tertutup penonton secara penuh sesak sejak Persibo turun ke lembah amatir beberapa tahun silam. Perlawanan Persibo pada tim kasta 1, secara otomatis mampu mengundang nostalgia heroisme barisan suporter Persibo. Dua mazhab besar pendukung Persibo, Curva Nord 1949 dan Boromania terlihat bersatu padu mendengungkan chang-chant kemenangan.
MEXICAN WAVE MENGOMBAK di STADION
Per per per… per per per
Si si si… si si si
Bo bo bo… bo bo bo
FORZA PERSIBO !!!
Alunan chant itu mengalun secara bergantian dari tribun utara (Curva Nord) dan tribun selatan (Boromania). Lalu, saat sampai pada frasa “Forza Persibo”, seluruh sektor dan tribun di stadion meneriakkannya dengan lantang dan memicu bulu leher tegak berdiri, bagi mereka yang merasakannya. Tak ayal, petinggi PSSI sekelas Ratu Tisha pun terkagum-kagum pada kekompakan barisan suporter Persibo.
Tidak hanya dua barisan suporter besar yang larut menjadi satu, untuk pertama kalinya, setelah waktu yang tak bisa diingat lagi, Mexican Wave berombak di stadion SLS. Puluhan ribu suporter dari berbagai kalangan mengangkat dan mengombakkan tangan secara kompak bersamaan. Sebuah ombak yang menggambarkan kerinduan tak terpermanai pada Sang Giant Killer.
Persibo memang masih tercebur di lembah amatir. Tapi, hakikat keberadaannya sudah mencapai kasta yang tak bisa diukur dengan skala, bagi para pendukungnya.