BUKU – Mari berkenalan dulu dengan tokoh utama, Amir. Amir bekas tentara pada perang revolusi. Busrodin, teman akrabnya tewas dalam peperangan usai menyelamatkannya yang lebih dulu tertembak. Untuk mengenang jasa temannya itu, Amir menyimpan kalung Busrodin. Kalung Afrika yang penuh misteri.
Dan cerita selanjutnya dalam keseluruhan isi buku roman karangan Mohammad Diponegoro yang diterbitkan Pustaka Jaya tahun 1975 ini, tak lepas dari kalung aneh itu.
Baik, saya langsung saja. Selepas perang, Amir kembali ke Jakarta. Meniti karier di pemerintahan, menjadi pejabat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pernah menikah, tapi lantas bercerai. Amir menjadi delegasi konferensi Asia di Taiwan. Di Taipeh, Taiwan inilah jalinan cerita pembunuhan, persekongkolan, dan percintaan dihadirkan oleh Mohamad Diponegoro, sang penulis. Dan simpulnya adalah kalung Afrika bergambar tengkorak yang mengerikan.
Amir memiliki seorang kawan bernama John Fletcher, seorang antropolog asal Amerika. John sangat menaruh perhatian pada barang-barang antik dan kolektor yang cakap. Ia melakukan penelitian di Pulau Nias dan menyiapkan bukunya. John seorang kaya raya, dan memiliki istri bernama Suzan. Ketika di Taipeh, John tiba-tiba menghubungi Amir dan kebetulan juga sedang berada di kota itu. Mereka pun janjian untuk bertemu.
Dua teman akrab ini pun akhirnya berbincang santai penuh keakraban di rumah besar yang dikontrak oleh John. John berkisah, ia dalam proses perceraian dengan Suzan. Katanya, Suzan memilih bersama seorang seorang laki-laki China bernama Ching yang menjadi orang penting di Taiwan. Hingga akhirnya, John mengetahui kalung bergambar aneh yang menggantung di leher Amir. John tertarik dan bermaksud membelinya. Tapi Amir menolak karena itu adalah kenangan dari Busrodin, orang yang menyelamatkannya dalam perang revolusi. Mereka lalu berpisah dan Amir menjanjikan akan memikirkan tawaran menjual kalung itu.
Hubungan Amir dan Suzan
Soal Amir dan Suzan? Ini adalah cerita lain lagi. Amir, ternyata sering bersama Suzan saat di Jakarta, ketika John pergi ke Nias untuk penelitiannya dalam jangka waktu lama. Di belakang John, Amir sering mengunjungi Suzan.
Nah, ketika berada di Taipeh inilah, cerita mulai menegangkan. Suzan tiba-tiba menelpon Amir dan hendak mengunjunginya di kamar hotelnya. Disepakatilah waktunya. Tapi, sial, waktu John tiba di kamarnya, selang beberapa saat Suzan pun sampai di lobi hotel. Dengan susah payah Amir meminta Suzan putar arah dan meninggalkan alamat saja agar tak bertemu John. Sedang ia bisa mengunjunginya kapan saja Amir bisa. Tapi, saat datang, wajah Suzan penuh ketakutan. Ada apa?
Amir Kembali ke kamarnya. Ketika Amir turun ke loby hotel, ternyata ada orang China masuk membawa pistol. Mengobrak-abrik kamar Amir. Ia mencari seorang perempuan. John yang kebetulan ada di situ ketakutan dan menerka itulah akhir hidupnya. Tapi, John tak dilukainya. Ia hanya mencari perempuan. John tak tahu, sebenarnya yang dicari orang itu adalah Suzan istrinya sendiri. Orang yang menyuruh mencarinya adalah Ching, pacar Suzan. Karena Suzan melarikan diri dari Ching.
Singkat kisah, Amir kembali ke kamarnya dan mendapat cerita tentang pria berpistol tersebut dari John. Akan tetapi, keduanya berusaha melupakannya, dan John tetap bersikukuh membeli kalung Amir. Menurut John, kalung itu adalah kalung dari dukun Afrika yang dibikin khusus untuk mengutuk seseorang. Kutukan itu akan terjadi sesuai siklusnya. Berapa lama siklus itu? John masih dalam penelitiannya. Ia sangat yakin akan hal itu. Meski Amir tak menanggapinya. Kutukan? Siklus? Nonsens, kata Amir. Tapi kalung itu akhirnya dilepasnya dengan harga 500 dollar. Kalung dibawa John yang pulang dengan riang. John lalu tenggelam dalam penelitiannya di perpustakaan pribadinya.
Di waktu bersamaan, Suzan terus sembunyi dalam ketakutan. Orang suruhan Ching terus menguntitnya dan orang-orang yang dikenalnya. Amir adalah salah satu incarannya. Tapi, delegasi dari Filipina yang mirip dengan Amir telah menjadi target. Ia ditemukan tewas mengapung di laut. Tahu targetnya salah, Amir lalu dikejar-kejar, hingga sempat sembunyi di kantor polisi.
Dalam ketakutannya, Suzan merenung, menyesali semua perbuatannya, menyesali telah berselingkuh dengan Amir dan lari memilih Ching, orang China yang kaya raya. Suzan pasrah, ia memutuskan Kembali ke rumah John, suaminya. John menerima dengan tangan terbuka. Atau lebih tepatnya, John sudah tak mempedulikannya, karena ia lebih memilih tenggelam dalam penelitian-penelitiannya tentang antropologi, terlebih tentang kalung yang baru saja diterima dari Amir.
Petaka John Meninggal
Petaka itu pun terjadi. Saat John yakin menemukan penjelasan tentang siklus kutukan kalung Afrika tersebut, ia berjalan menaiki tangga hendak ke kamar Suzan. Sayang, di tengah tangga, ia terpeleset dan terjatuh. John Meninggal. Suzan yang tahu suaminya meninggal, menjerit. Ia makin menjerit Ketika kalung milik Amir berada di genggamannya. Dan wajah John sangat mengerikan, sama persis dengan ekspresi wajah tengkorak di kalung Afrika tersebut.
Amir diberitahu kemudian bahwa John sahabatnya telah meninggal dunia. Amir lebih kaget bahwa yang memberitahu adalah Suzan yang menelpon dari rumah John. Amir segera meluncur. Di sana ia bertemu dengan Suzan dan langsung diajak ke perpustakaan John. Di sana, rekaman suara John diputar dan didengarkan. Amir begitu terpukul, John telah mati dengan menggenggam kalungnya.
Harusnya, akulah yang mati. John telah menggantikan posisiku. Dan lagi, utusan dari Filipina juga telah menggantikannya. Harusnya, dialah yang mati. Bukan dua sahabatnya tersebut. Amir histeris, dan terus histeris, hingga ditangani dokter. Amir berpikir, kalung itulah penyebabnya. John mati tepat di hari Kamis tanggal 16 sebagaimana Busrodin meninggal waktu perang. Apakah benar itu siklus? Siklus 24 tahunan? Jawaban yang dicari oleh John di akhir-akhir hidupnya.
Amir terus berteriak-teriak. Ia merasa telah membunuh John. Hingga dokter menyuntikkan obat penenang untuknya. Benarkah ada siklus itu?
Ya, begitulah akhir dari kisah di buku Siklus karya Mohamad Diponegoro. Buku yang memenangkan hadiah Penghargaan Sayembara Mengarang Roman oleh Panitia Tahun Buku Internasional 1972, DKI Jakarta.