Agustus 2016. Empat orang asyik ngobrol ngalor ngidul tentang apa saja. Tema melompat dari obrolan serius politik hingga cerita kenangan. Ditemani kopi cangkir, empat sekawan itu terus asyik ngobrol. Mereka merasa hidup ada yang masih kurang, serupa kursi yang masih ‘uglik-uglik’. Tapi apa itu?
Mereka pun sampailah pada obrolan untuk membantu kaum papa. Dengan membantu orang lain yang membutuhkan, berarti akan memperbaiki hidup yang masih belum bisa berdiri seimbang. Sepakat? Ok, mereka deal dan membuka dompet
“Uang ngumpul pertama Rp 120 ribu. Uang itu diserahkan kepada satu orang miskin. Didokumentasi, disebar ke teman-teman dekat di Kediri. Setelah itu respon bagus,” kata Syam Al Anshary, salah satu dari empat sekawan itu.
Syam dan tiga temannya memang tinggal di Kediri. Dan dokumentasi bantuan diunggah ke media sosial bukan hendak sok-sokan atau untuk tujuan pamer. Bukan. Tapi, mereka memang berencana membuat gerakan charity untuk membantu orang miskin. Dengan melibatkan banyak donator, diharapkan bisa membantu lebih banyak orang.
Dari langkah pertama itulah mereka kemudian membuat konsep gerakan. “Konsepnya perjumat mengumpulkan dana dan harus habis. Relawan tidak dikasih apapun. Mereka sedekah tenaga,” tuturnya.
Tak mau kendor, mereka langsung tancap gas mencari donatur. Awalnya adalah teman-teman dekat. Dan hasilnya, jumat berikutnya, uang terkumpul semakin tambah. Dan jumat-jumat setelah uang terkumpul makin banyak. Yang awalnya tiap orang miskin mendapat donasi Rp 100 ribu, selanjutnya penerima donasi bisa memperoleh uang bantuan Rp 500 ribu/orang.
Gerakan charity itu kemudian dikenal dengan Rolling Charity. Sesuai namanya, “Rolling Charity” adalah sedekah bergulir yang secara rutin dilakukan dan berkesinambungan setiap hari Jumat.
Apa yang dilakukan oleh anak-anak muda itu terus berkembang. Dari pemberian bantuan kepada dhuafa, mereka melebarkan sayap dengan membantu bedah rumah hingga membantu kendaraan untuk warga yang sakit yang hendak berobat ke rumah sakit atau tempat pengobatan alternatif.
Ide bedah rumah tercetus karena melihat masih banyaknya rumah warga miskin yang tidak layak huni di seputar Kota Kediri. Mereka pun berusaha membantu dengan cara ‘bedah rumah’. Awalnya uang terkumpul makin hari makin banyak, sehingga perlu disalurkan dengan cepat, karena bagi mereka jangan sampai uang donator akan menumpuk tak disalurkan.
Sepekan sekali dana terkumpul Rp 5 juta. Banyak sekali donator di luar yang hendak menyumbang. Sehingga dalam kenyataannya, setiap dua pekan, dana sudah terkumpul dan bisa untuk bedah rumah. “Sekali bedah rumah membutuhkan rata-rata Rp 10-15 juta,” kata Syam.
Kok kecil? Syam menuturkan konsep bedah rumah yang mereka lalukan adalah pemberdayaan masyarakat. Artinya, dana tidak mengcover tenaga manusia. Karena dalam pembangunan, tenaga manusia menyedot uang banyak. Kebanyakan tenaga tukang dan kuli diambil dari para ‘donatur tenaga’ yang siap membantu. “Biasanya urusan tenaga jadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah desa,” tuturnya.
Secara teknis mereka biasa akan survei ke lokasi untuk menentukan apakah rumah yang hendak dibedah memang layak menerima bantuan atau tidak. Hal itu untuk menghindari target salah sasaran.
Pihak ROTY juga bekerjasama dengan pemerintah desa dan kecamatan. Karena pernah sekali ada gesekan dengan Camat yang mempertanyakan legalitas ROTY. Meski komunitasnya bertujuan membantu dhuafa. “Sebenarnya miskomunikasi saja. Karena camat merasa dilangkahi atau bagaimana. Tapi tujuan kita murni membantu,” terangnya.
Dua program utama Rolling Charity yakni memberi bantuan dana kepada dhuafa dan bedah rumah sudah berjalan, tapi semangat memberi pada anggota Rolling Charity seakan tak pernah pupus. Mereka terus mencari apa yang bisa dilakukan untuk membantu sesama.
Hingga pada 2018, mereka mereka menemukan ‘cara memberi’ yang baru, yakni Mobil Reaksi Cepat (MRC). Mobil tersebut disiapkan bagi masyarakat yang punya anggota keluarga sakit parah dan memerlukan mobil menuju rumah sakit, puskesmas, pengobatan alternatif, atau lainnya. “Jadi, kita siapkan mobil dan sopirnya. Gratis,” katanya.
Kini MRC telah mempunyai jadwal rutin. ROTY menyiapkan mobil dan sopirnya untuk selalu siaga mengantar kapan saja dan kemanapun. Kini rutin ada empat mobil yang tiga diantaranya milik anggota ROTY. Mereka siap mengantar tidak hanya ke rumah sakit sekitar Kediri, tapi juga bisa ke Solo dan Surabaya.