Story  

S3J dan Usaha Merawat Panggung Seni di Bojonegoro

foto: tulus adarrma

Di Bojonegoro banyak bermunculan ruang panggung seni dan sastra. Meski panggung macam ini punya sejarah panjang. Tapi, akhir-akhir ini ada banyak panggung seni dan sastra yang menarik minat masyarakat. Sebut saja Purnama Sastra, Sastra Plataran, Ngaostik, dan lain sebagainya.

Satu panggung seni lain yang sudah lama eksis adalah Sepekan Seni Sayap Jendela (S3J). Jarang ada panggung seni yang “buka” selama sepekan. Karena biasanya hanya semalam saja. Dan beberapa waktu lalu S3J hadir di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro. Konsepnya agak berbeda karena berada di tengah-tengah perkampungan warga. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa berkumpul, saling bertemu dan menikmati sajian S3J.

foto: tulus adarrma

Apa itu S3J? S3J adalah gelaran seni yang digagas sanggar Sayap Jendela Arts Laboratory. Berbagai hidangan seni baik teater, tari, musik maupun seni rupa disuguhkan kepada masyarakat selama satu minggu penuh. Selain sebagai bentuk kegiatan untuk merayakan ulang tahun Sayap Jendela, kegiatan itu juga merupakan bentuk aktualisasi diri terhadap penguatan mental melalui seni.

Baca Juga:  Mencari Semangat Hidup yang Hilang di Awal Tahun
foto: tulus adarrma

Pimpinan Produksi Sepekan Seni Sayap Jendela, Anam Mahmudi mengatakan, peristiwa seni yang dihadirkan setiap satu tahun sekali itu mengangkat tema Anjerbabag Awe-awe yang merupakan potongan lirik dalam tembang kesenian rakyat Sandur yang berjudul ‘Surak Hore’.

Maksudnya adalah Sayap Jendela membuka selebar-lebarnya sayap kesenian bagi siapa saja untuk turut berpartisipasi dan mengembangkan seni. “Seni artinya bukan hanya untuk seni. Tapi pada hakikatnya setiap kehidupan yang dijalani sebenarnya juga melakukan tindakan seni,” ujarnya. Kegiatan sendiri digelar pada 13 sampai 19 Mei 2017.

Baca Juga:  Bodjonegoro Tanah Milik Rakjat Jelata
foto: tulus adarrma

Berbagai pertunjukan yang ditampilkan di atas panggung sebenarnya juga merupakan perenungan atas kejadian yang terjadi setiap hari di masyarakat. Rekontruksi kehidupan itu kemudian diangkat menjadi sebuah pertunjukan agar selain sebagai media hiburan, juga sebagai perenungan bagi penonton memandang kehidupan.

Peristiwa seni itu sengaja digelar di kampung, berbaur dengan aktivitas warga sehari-hari. Dengan konsep yang cukup sederhana. Penonton menikmati pertunjukan dengan lesehan dan duduk di tepian tanggul. Acara sengaja tidak digelar di gedung pertunjukan atau gedung tertutup. Selain karena belum adanya gedung pertunjukan yang ada di Kabupaten Bojonegoro, juga diharapkan bisa menyatu dengan masyarakat. Sejak berdiri tahun 2012 silam, Sayap Jendela fokus dalam melakukan pengembangan, pendampingan dan pendidikan seni.

Baca Juga:  Cerita Muhamad Ali, Peternak Sapi yang Pernah Belajar di Australia

__________

*) Penulis adalah seorang jurnalis, seniman, dan juga aktivis lingkungan. Menyukai musik keroncong. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *