Diurna  

Sebuah Refleksi dan Pergantian Tahun di Rumah Garuda

Akhir tahun identik permenungan. Awal tahun identik perencanaan. Pergantian tahun identik syukuran dan makan-makan. 

Memperingati awal tahun 2022, penghuni Rumah Garuda mengadakan bakar ayam bersama. Tentu saja ini diniati sebagai rasa syukur pada Tuhan yang Maha Esa, karena masih diberi hidup dan terus belajar di dunia.

Selain memperingati awal tahun, agenda “Penghuni Garuda” ini juga sebagai pemertebal aktivitas dan syukuran di markas yang dibuka sejak dua bulan lalu. Tepatnya awal November 2021 silam.

Akhir tahun selalu identik dengan evaluasi dan permenungan. Terlepas apapun yang telah dihadapi dalam tiap episodenya, toh kita selalu bersyukur atas apa yang telah dilewati. Ini alasan kenapa tiap akhir tahun kita sering syukuran makan-makan.

Baca Juga:  Dewan Pers: Perlu Dibentuk Tim Investigasi Bersama untuk Usut Kebakaran di Rumah Wartawan di Karo 

Begitupun. Awal tahun selalu identik optimisme dan perencanaan. Terlepas apapun yang kelak dihadapi dalam tiap episodenya, toh kita selalu rajin melempar harap. Ini alasan kenapa tiap awal tahun kita syukuran makan-makan.

Kita telah sepakat bahwa hidup adalah pertautan antara rencana dan evaluasi. Angan-angan dan realisasi. Atau gagal dan sesuai ekspektasi. Semua itu, sialnya, bergerak secara teratur dan berulang-ulang tanpa harus disadari.

Sesekali kita harus bertanya, kenapa tiap pergantian tahun selalu dirayakan dengan makan-makan dan raut penuh kebahagiaan? Ya, bisa jadi, pergantian tahun mengajarkan pada kita agar tak mudah kecewa pada apa yang telah direncana, tapi tak terlaksana.

Baca Juga:  Malu Tapi Mau di TP Pagi

Toh matahari masih selalu mau terbit sepasca mendung petang membungkus langit semalaman. Toh burung-burung masih mau mengepakkan sayap meski hujan deras membuatnya basah kuyup kedinginan.

Pergantian tahun seperti hati manusia. Terus bergerak dan berubah-ubah. Antara semangat dan menyerah. Antara melayar dan berlabuh. Semua berkelit-kelindan melintasi koridor kehidupan.

Dan di Rumah Garuda, kami belajar tentang hidup yang terus bergerak. Rumah Garuda menjadi rumah kreativitas sekaligus kantor bekerja bagi para penghuninya. Kami menyebutnya sebagai ladang tempat bertani. Atau tempat menanam. Atau tempat menuai dan menyemai benih-benih kebaikan.

Di rumah ini, kami, para penghuni, berkarya dalam bidang membuat konten dan tulisan. Memproduksi artikel dan buku-buku. Selain itu, kami juga selalu belajar memperdalam pemahaman terhadap hidup. Rumah Garuda adalah ladang bekerja sekaligus ladang kami belajar.

Baca Juga:  Kabare Desa, Pelestari Bahasa Jawa Lewat Radio

Adanya ladang tentu menjadikan kami seorang petani. Ini alasan kenapa kegiatan sehari-hari kami di sini, kami maknai sebagai sebuah proses bertani. Bertani kata-kata dan bertani ide, demi merawat ladang pertanian hidup.

Serupa para petani, di sini, kami selalu belajar telaten membersihkan rumput, istiqomah menyirami tanah, dan bersabar kala menghadapi gagal panen. Untuk kemudian kembali bersyukur kala musim panen tiba.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *