Menurut saya pengalaman adalah sebuah guru yang terbaik, sebab dari pengalamanlah kita dapat belajar bagaimana cara memperbaiki kesalahan kesalahan yang pernah kita lakukan sebelumnya. Dan tentu saja orang satu dengan yang lainya memiliki sebuah pengalaman yang variastif dan unik jika diceritakan di kemudian hari.
Sekolah Jurnalistik Sosrodilogo yang di singkat dengan SJS dengan peserta 10 namun setiap kali mengikuti kelas hanya ada 9 peserta saja yang datang. Di tambah pendiri sekolahnya, Nanang Fahrudin dan dibantu oleh rekan rekannya, yakni Mohamad Tohir dan Wahyu Rizky.
Di pertemuan pertama SJS, saya berangkat dari rumah 1 jam sebelum acara dimulai, sebab perjalanan dari rumah hingga ke Bojonegoro memakan waktu kurang lebih sekitar 40 menit. Saya berangkat dari rumah dan menjemput partner di LPM yang juga ikut SJS, bernama Elsya.
Perjalanan yang cukup melelahkan sebab matahari pagi itu sangat terik meski baru jam 9. Di tambah lagi polusi udara dan kemacetan jalan raya Balen sampai Kapas yang macet total sering kali membuat saya kesal saat terburu buru ke tempat tujuan. Menurut saya waktu adalah sebuah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan dan harus di manfaatkan sebaik mungkin.
Saat sampai di depan kantor PIP, saya pikir sudah terlambat dan merasa tidak enak karena baru pertama kali kelas sudah terlambat. Namun saat masuk ke dalam ternyata peserta yang datang baru 2 dari Unugiri dan rekan Pak Nanang, yaitu Pak Tohir. Yang saya tangkap, Pak Tohir menceritakan bahwa kesehariannya adalah me-layout. Beliau suka layout dan sudah sejak lama menekuni pekerjaan itu.
Setelah beberapa menit kami berbincang, datanglah peserta dari Unigoro sebanyak 3 orang, teman pak Nanang yang bernama Wahyu Rizky dan Pak Nanang sendiri datang di tempat itu. Kami diberikan suguhan air minum dan diberi sebuah hadiah berupa buku dari penulisnya sendiri yang berjudul Jurnalisme Ini dan Itu.
Pak Nanang menceritakan bagaimana asam garam nya saat menjadi wartawan yang pernah melakukan liputan langsung di kamar jenazah. Selain itu beliau juga menceritakan terkait biodata beliau yang tinggal di kanor, Bojonegoro serta pernah menjadi tim di liputan 6. Di pertemuan pertama ini kita membahas terkait kurikulum yang nantinya akan di pelajari. Mulai dari penulisan, reportase, Laku jurnalistik hingga ruang redaksi.
Kemudian beliau juga menjelaskan karya dari peserta SJS ini akan dimuat di media online. Selain itu juga akan dijadikan sebuah buku antologi liputan. Harapannya semoga di pertemuan pertama itu bisa terus berlanjut meskipun kelasnya sendiri telah selesai dan bisa memberikan sebuah karya yang bermanfaat bagi sesama.
Di pertemuan kedua, di Kantor Radar Bojonegoro saya sempat kebingungan sebab setelah sampai di lokasi hanya ada satu buah motor yang terparkir di depan dan ruangannya pun terlihat sepi. Dengan PD nya saya datang dan memarkirkan motor saya bersebelahan dengan motor yang sudah terparkir di kantor Radar.
Pura-pura sibuk dengan membuka hp dan mencoba menghubungi teman-teman karena tempat yang dituju sepi. Setelah beberapa menit datang 2 peserta dan saya merasa lega karena memiliki teman di tempat yang sepi itu. Lalu disusul lagi dari teman teman SJS yang berdatangan.
Kita melakukan sedikit perbincangan membahas kantor Radar yang sepi pada waktu itu, tiba tiba dari belakang datang Pak Tohir yang kemudian mengatakan bahwa yang kita buat parkir motor adalah bagian belakang dan bagian depannya berada di belakang tempat kita memarkir.
Lalu kami berpindah tempat dan memarkirkan motor yang kami anggap belakang. Masuk dalam ruangan yang biasa digunakan untuk bekerja, kami menempati ruang rapat. Saat masuk ke dalam ruangan kami di sambut oleh pimpinan Radar yang bernama Khorij Zaenal Asrori.
Dalam memberikan materinya, beliau menyampaikan banyak yang mungkin sebelumnya belum pernah kami dapatkan atau sedikit berbeda dengan yang kita pelajari.
Beliau menjelaskan bagaimana cara membuat liputan khusus yang pastinya harus melalui sebuah proses yang panjang. Yang saya tangkap dari penjelasan belaiu adalah merencanakan, riset dan yang tak kalah penting adalah kekuatan kerja tim. Beliau juga mengatakan bahwa koran adalah ciri khas dari Radar Bojonegoro dan desain estetik dan menarik selalu menjadi andalan di radar.
Kemudian beliau juga menceritakan bagaiman mencari berita dan menyajikan berita itu menjadi sebuah berita yang menarik. Mulai dari sabung ayam, Suriname dan perempuan inspiratif Bojonegoro. Beliau juga mengatakan bahwa pembuatan koran di Jawa pos tidak kenal libur, mereka selalu berproduksi dan koran selalu menjadi ruh bagi Radar Bojonegoro.
Yang saat ini masih melekat di otak saya saat beliau mengatakan bahwa Bojonegoro lemah bahasa, ejaan dan gaya bahasa. Setelah kelas selesai, kami melakukan foto bersama di belakang mobil box pengangkut koran yang kece sekali.
Pertemuan ketiga berlokasi di Kopitani.
Saat itu saya berangkat dengan Elsya yang sama sama tidak mengetahui lokasi Kopitani. Kami sempat salah masuk gang dan kebingungan mencari lokasi yang dituju hingga setelah beberapa menit sampai di Kopitani.
Sesampainya di lokasi kami disambut oleh Pak Tohir dan mas Wahyu Rizky yang sudah standby di tempat itu. Tak lama, teman teman yang lain pun datang, hingga pemateri yang di sebutkan periset Insist dari yogya. Beliau datang dengan kuda besinya yang berwarna merah, memakai topi di kepalanya dan menenteng sebuah tas.
Kurang lebih sekitar 1 jam saya dan teman teman menunggu hingga akhirnya kami membeli jajanan tahu bulat dan sotong. Kami menikmati makanan ringan itu sembari menunggu kelas dimulai. Di samping itu keramahan dari pemilik cafe yang membuatkan kita minuman.
Karena cuaca yang panas dan sempat kebingungan mencari Kopitani akhirnya saya meminta es batu yang banyak di minuman itu. Dan pembuat minumannya sendiri mempersilahkan kami untuk mengambil sendiri es batu yang diletakkan di tempatnya.
Kemudian kelas dimulai. Saat masuk ke bagian dalam, kami di suguhkan oleh lukisan lukisan menarik yang sebelumnya belum pernah kita jumpai. Berbagai lukisan menarik tertata rapi dan dengan ciri khasnya. Pematerinya bernama Mas Udin yang tinggal di Bojonegoro namun bekerja di Yogya.
Beliau menyampaikan materi terkait riset, namun sebelum materi di sampaikan satu persatu peserta di minta menyampaikan terkait materi apa yang telah didapatkan. Kemudian kamu bercerita satu persatu menurut pendapat kami sesuai dengan apa yang kami tangkap saat di pertemuan.
Mas Udin menyampaikan banyak hal tentang riset. Menurut pitutur beliau, observasi, wawancara dan pengamatan sudah bisa di artikan sebagai riset. Teknik riset sendiri yaitu banyak melakukan analisis data atau survey.
Lalu beliau menyampaikan riset yang di masukkan kamar tersendiri, yang saya tangkap dari penjelasan beliau adalah devisi riset, mengelola, mengumpulkan data (survey), dan memanfaatkan data angka yang tersedia.
Untuk menghasilkan satu cerita atau pertimbangan menulis berita dengan melaporkan kejadian. Longfrom adalah sebuah berita yang panjang. Beliau juga banyak menceritakan tentang Bojonegoro yang salah satunya adalah pesangep. Di Bojonegoro banyak pesangep atau seseorang yang tidak memiliki tanah sendiri dan menggarap tanah pemerintah. Beliau menemui orang pesangep itu saat sedang berkunjung ke kayangan api.
Menurutnya menulis adalah berfikir logis atau menurut logika. Nalar yang benar adalah nalar yang masuk akal, ungkapan tang diberikan untuk suatu kebenaran. Suatu argumen bisa kemah jika tidak di dasari dengan data dan fakta. Pada dunia jurnalistik, pelaporan berwarna, hukum badnews dan good news, berita yang tidak enak menjadi enak. Dan kebanyakan orang bisa menulis karena sebuah riset.
Kemudian beliau juga mengatakan bahwa cara berfikir kritik yaitu dengan bergaul sebanyak mungkin. Mencari informasi, pengetahuan dengan orang lain. Nah di sela sela beliau menjelaskan terselip pemandangan yang luar biasa sebab hampir seluruh peserta merasakan mengantuk dan mencoba menahan dirinya supaya tidak tertidur di tempat itu.
Entahlah, kami seperti anak kecil yang mengantuk saat diajak jalan oleh orang tua kami di waktu kecil dulu. Di samping kita mengantuk, ternyata pak Tohir sedang sibuk memotret acara kelas yang berlangsung. Dengan banyak trik yang kami lakukan supaya tidak kelihatan mengantuk dan atas bantuan masker yang kami pakai menjadi pelindung kami sat itu hehe.
Lalu ada pertemuan lagi di minggu depannya di kantor BI. Namun pada waktu itu saya tidak teliti dalam membaca pesan di grup SJS hingga membuat saya salah tempat dan saya pulang lagi ke rumah karena dapat telepon bahwa ada keluarga yang datang. Akhirnya saya nanya hasil pertemuan waktu itu pada salah satu teman di SJS, dan ternyata ada tugas membuat liputan.
Langsung saja malam harinya saya menyiapkan siapa yang akan saya wawancarai dan membuat draf pertanyaan untuk di pertanyakan. Setelah menemukan narasumber, akhirnya saya tidur.
Pada keesokan harinya saya mendatangi narasumber yang akan saya wawancarai, beliau adalah seorang wanita tua yang hanya tinggal bersama cucunya. Namun bukan itu yang membuat saya tertarik untuk menjadikan beliau menjadi narasumber berita saya.
Tapi karena pekerjaan beliau lah yang menekuni kerajinan bambu sejak berusia remaja. Beliau menjelaskan secara detail mulai dari asal mula menjadi pengrajin hingga pendapatan yang beliau dapatkan dari hasil jualan.
Kemudian saat pertemuan SJS selanjutnya dengan Pak Nanang dan dengan peserta yang hanya 3 orang termasuk saya, kami membahas sebuah berita yang kami buat masing masing. Banyak pelajaran yang kami dapatkan dan kami pun siap untuk berkarya dengan tulisan yang kami buat.
Setelah pertemuan ini pun, pak nanang memberikan kembali tugas membuat berita, sampai di rumah saya langsung kepikiran ingin membuat sebuah berita tentang tanaman petani yang diserang oleh hama tikus. Pak nanang membimbing kami dalam pembuatan berita itu, alhasil berita yang kami buat diunggah di website gangkecil.
Dan setelah pertemuan itu, cukup beberapa minggu kami tidak ada pertemuan dahulu dan terakhir kami bertemu mendapat sebuah materi tentang hukum dan kode etik dalam membuat sebuah berita. Seperti biasa di akhir pertemuan pasti kami membahas berbagai isu yang sedang hangat di perbincangkan.
Yang terakhir setelah selesai kelas kami melakukan foto bersama dengan pemateri. Terpancar kebahagiaan karena bisa menerima ilmu dari seseorang yang luar biasa secara langsung. Semoga ilmu yang di dapatkan bermanfaat dan bisa kita amalkan di luar sana.
Bojonegoro, 07 November 2021