Dunia jurnalisme berkembang cukup pesat. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Produk jurnalistik pun mengalami banyak perubahan. Salah satunya adalah produk jurnalistik panjang atau biasa dikena dengan jurnalisme longform makin kurang diminati.
Oleh karena itu, Sekolah Jurnalistik Sosrodilogo (SJS) mengambil peran sebagai ruang godok bagi mahasiswa yang ingin mengenal lebih jauh tentang jurnalisme Longform.
SJS pertemuan pertama dimulai pada Sabtu (4/8/2021), di kantor PIP Bojonegoro. Pada momen tersebut, sebanyak 9 mahasiswa dari sejumlah kampus di Bojonegoro ikut andil sebagai peserta belajar. Mereka, mayoritas mahasiswa semester awal di kampus.
SJS merupakan sekolah jurnalistik yang fokus mengasah kemampuan para peserta belajar di ranah penulisan panjang atau Longform. Di SJS, para peserta belajar tak dipungut biaya alias gratis, tapi wajib punya semangat belajar yang kuat.
Nanang Fahrudin, Ketua SJS menjelaskan jika sekolah yang dia dirikan tersebut fokus pada penanaman atmosfer jurnalisme Longform atau dalam istilah lain, jurnalisme sastrawi atau jurnalisme naratif di Bojonegoro.
Karena itu, kepada para peserta belajar yang mengikuti SJS selama tiga bulan ini, Nanang berpesan bahwa jurnalisme longform perlu mendapat tempat juga bagi pembaca.
Melalui SJS, Nanang bersama tim ingin menanam kembali atmosfer sekaligus mengupayakan karya-karya jurnalistik berbasis Longform. Yakni jurnalisme yang kaya data dan kaya cerita.
SJS memiliki kurikulum khusus yang tujuan akhirnya, para peserta belajar diharap bisa menulis tulisan Longform berbasis storytelling. Karena itu, para peserta belajar tak hanya diajari cara menulis. Tapi juga meriset, memanfaatkan literatur, dan menggali ide.
Bahkan, Nanang juga menyiapkan tutor tamu dari sejumlah lembaga di luar kota. Yang, tujuannya, memperkuat proses belajar bersama terhadap jurnalisme berbasis riset.
SJS dilaksanakan setiap seminggu sekali. Dengan konsep pertemuan secara langsung ataupun dengan daring.