Selamat HJB Ke-341, Catatan Mengenai Tantangan Pembangunan Bojonegoro

Tanggal 20 Oktober diperingati oleh warga dan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro sebagai hari jadi atau hari kelahiran. Ya. Usia yang kini sudah masuk ke-341 tahun, angka ini dihitung dari sejak berdiringan Kabupaten Jipang, pada 20 Oktober 1677, sebuah daerah yang waktu itu masuk wilayah Kerajaan Demak.

Merujuk data yang dirilis oleh EITI Indonesia, saat ini Bojonegoro merupakan daerah penghasil migas yang menyumbang lebih dari seperempat persen produksi migas nasional. Dari potensi migas tersebut, telah menyumbang pendapatan daerah yang cukup besar melalui Dana Bagi Hasil (DBH) Migas. Hal tersbut membuat APBD Bojonegoro terus naik. Bahkan pada tahun 2016, APBD Bojonegoro menempati peringkat ke-2 urutan tertinggi dari kabupaten/kota se-Jawa Timur. Angka yang fantastis. Jika mengingat, hingga saat ini kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro masih masuk zona merah. Sebab, besaran angka kemiskinan masih berada di atas rata-rata angka kemiskinan provinsi dan nasional.

Memang,Kabupaten Bojonegoro memiliki sejarah kemiskinan yang sangat panjang. Minimal berdasarkan catatan CLM Panders dalam bukunya; Bojonegoro 1900-1942: A Story of Endemic Poverty in North East Java Indonesia, diketahui bahwasanya kemiskinan di Bojonegoro sangat parah, tertinggi di Jawa Timur. Jika dihitung dari tahun terakhir dari catatan Panders, berarti sudah 76 tahun upaya mengentaskan kemiskinan, dan saat ini untuk posisi kemiskinan Kabupaten Bojonegoro masih menempati peringkat ke-11 urutan tertinggi dari kabupaten/kota di Jawa Timur.

Baca Juga:  Aryya Surung Seorang Pahlawan Majapahit Asal Bojonegoro?

Oleh karenanya, momentum Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, perlu menjadi refleksi bersama untuk memacu spirit yang kuat demi mewujudkan pembangunan yang lebih produktif untuk meraih prestasi yang lebih baik.

Bojonegoro Institute (BI), sebuah Organisasi Masyarakt Sipil (OMS) yang bergerak di bidang penelitian, advokasi dan asistensi kebijakan publik, serta pemberdayaan masyarakat, merilis beberapa tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Bojonegoro. Di antaranya;

Kemiskinan

Mengapa kemiskinan menjadi salah satu tantangan Kabupaten Bojonegoro? Berdasrakan data kemiskinan Kabupaten Bojonegoro, kemiskinan Bojonegoro masih berada dalam zona merah, sebab angka kemiskinannya masih berada di atas rata-rata kemiskinan provinsi dan nasional. Penduduk miskin Kab. Bojonegoro sekitar 180 ribu jiwa atau sekitar 14.34 persen, sedangkan angka kemiskinan Provinsi Jawa Timur sebesar 11.77 persen dan nasional sebesar 10.64 persen.

Infrastruktur

Pembangunan infrastuktur juga menjadi tantangan arah pembangunan Kab. Bojonegoro. Berdasarkan data pengaduan dan aspirasi publik tahun 2017, menunjukkan bahwasanya tingkat pengaduan dan aspirasi publik terkait permasalahan infrastruktur menempati peringkat pertama (ke-1). Hal ini menunjukkan demant publik terkait pembangunan infrastruktur sangat tinggi.

Baca Juga:  Peserta SJS #2 Belajar Jurnalistik di Jawa Pos Radar Bojonegoro

Reformasi Birokrasi

Tantangan besar lainnya juga menyangkut reformasi birokrasi dan mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik. Sebab berdasarkan data pengaduan dan aspirasi publik tahun 2017, menunjukkan bahwasanya tingkat pengaduan dan aspirasi publik terkait permasalahan birokrasi dan tatakelola kebijkan publik menempati peringkat ke-2 (kedua).

Kesehatan

Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Jawa Timur (2017), menunjukkan bahwasanya nilai rata-rata lama sakit penduduk Kabupaten Bojonegoro berada diperingkat ke-17 teratas dari kabupaten/kota se_Jawa Timur, dengan nilai 5.71 (hari/bulan). Indikator lama sakit merupakan indikator untuk menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang diderita oleh penduduk di suatu daerah, bisa menggambarkan besarnya kerugian materiil yang dialami penduduk karena penyakit yang diderita, serta untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat secara umum dan menunjukkan seberapa serius keluhan yang diderita (BPS).

Selain itu juga, untuk Angka Kematian Bayi (AKB) di Bojonegoro juga masih tinggi, yakni sebesar 35 persen, menempati peringkat ke-10 urutan teratas dari kabupaten kota se-jawa Timur.

Ekonomi

Petrtumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro sebesar 5.5 persen. Angka tersebut tanpa memasukkan sektor migas. Daya beli masyarakat Bojonegoro masih rendah, menempati peringkat ke-13 dari kabupaten kota se-Jawa Timur.

Baca Juga:  Pujian Sebelum Shalat Jamaah, Tradisi Islam-Jawa yang Mulai Hilang

Sumber Daya Manusia

Mewujudkan kualitas pembangunan sumberdaya manusia di Kabupaten Bojonegoro merupakan tantangan besar. Berdasarkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Bojonegoro menempati peringkat ke-26 dari nilai IPM kabupaten/kota se-Jawa Timur. Hal ini selaras dengan rendahnya nilai Harapan Lama Sekolah (HLS), Kabupaten Bojonegoro (sebesar 12.34 persen), menempati peringkat ke-31 dari kabupaten/kota se-Jawa Timur. Begitu juga rendahnya nilai rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bojonegoro, sebesar 6.71 persen, menempati peringkat ke-27 dari kabupaten/kota se-Jawa Timur.

Demikian beberapa tantangan atau PR bagi semua pihak, baik pemerintah maupun warga Kabupaten Bojonegoro, dalam upaya untuk mewujudkan pembangunan daerah yang lebih baik lagi. Rahayu, Kabupaten Bojonegoro !

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *