Konon temb4kau berasal dari bahasa Portugis yakni tabako atau tumbaco. Orang Jawa, khususnya di kampung saya di Bojonegoro lebih akrab menyebutnya dengan istilah mbako. Dan panen tahun 2018 ini harga mbako lumayan bagus, rata-rata Rp 27.000 per kilogram untuk mbako kering rajangan.
Semasa kecil saya, panen temb4kau adalah lebaran ketiga setelah Idul Fitri dan Idul Adha. Disebut demikian karena pendapatan keluarga petani akan meningkat, sehingga mampu membelikan ini itu untuk anak-anak mereka. Panen temb4kau selalu di bulan September, sehingga warga kampung kami lebih mengenalnya dengan istilah ulang songo. Semisal anak kecil minta dibelikan sepeda, maka orangtuanya akan menjawab: nanti nunggu ulan songo. Ya, ulan songo adalah lebaran ketiga bagi kami, anak-anak.
Temb4kau punya sejarah panjang di Bojonegoro. Temb4kau yang merupakan tanaman perkebunan di bawah sistem tanam paksa Belanda sejak 1830, sangat akrab bagi petani. Dan di Bojonegoro, temb*kau cukup mendapat tempat di hati petani sehingga tak heran jika banyak gudang dan pabrik rok0k yang berdiri di Bojonegoro.
Pada era tahun 1950 an, jumlah petani temb4kau di Bojonegoro sudah cukup banyak dan mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah melalui Perkebunan Rakjat Indonesia (Perrin). Di bawah Perrin terdapat 223 oven temb4kau.
Nah, dalam hal mengolah temb4kau ini petani mempunyai cara-cara tersendiri. Cara itu kemudian mempengaruhi pada peralatan yang digunakan. Kini, banyak peralatan yang berubah seiring perubahan teknologi.
Berikut alat-alat yang digunakan mengolah temb4kau yang biasa dilakukan petani kampung saya. Tentu saja ini hanya berdasar dari ingatan saya dan ngobrol dengan petani tetangga saya. Jadi bisa saja keliru.
Congok
Saat memulai panen, petani akan memetik daun temb4kau paling bawah yang kebanyakan sudah kering atau sudah berwarna kuning. Usai dipetik daun itu akan ditusuk mirip sate gitu. Nah, alat tusuknya itulah yang disebut congok berbahan bambu dengan ujung lancip. Aktivitasnya biasa disebut nyongoki.
Sewaktu kecil, sepulang sekolah saya sering diminta untuk nyongoki daun temb4kau ini. Meski seringkali kesal dengan perintah itu, namun saya tidak berani menolaknya. Dan usai dicongoki temb4kau akan dijemur. Kini sepertinya nyongoki temb4kau sudah tidak dilakukan, karena daun temb4kau petikan pertama langsung dijemur dengan acak saja, tidak ditusuk seperti sate.
Bedok
Bedok ada pisau yang digunakan petani untuk merajang daun temb4kau. Bentuknya agak lebar dan sangat tajam. Saat ngerajang, di samping petani pasti akan ada ungkal (batu asah) yang digunakan mengasah bedok. Bedok sangat sering diasah karena getah daun temb4kau (kelelet) sangat pekat dan mudah menempel di bedok.
Kini pisau bedok yang demikian sudah hampir ditinggalkan petani, karena pisaunya menggunakan mesin dinamo yang digerakkan energi listrik. Jadi tinggal colok, maka pisau itu akan berputar mengiris tembak4u. Kalau dulu pisau itu digerakkan tangan sehingga produktivitas tentu saja berbeda jauh.
Jongko
Jongko diucapkan mirip ketika kita mengucapkan makanan lontong. Jongko adalah dudukan yang didesain untuk merajang temb4kau. Di kampung saya biasanya jongko terbuat dari kayu randu yang diberi kaki. Kini jongko juga sudah tidak digunakan, karena jongko sekarang didesain menyatu dengan pisau dan dinamo yang digerakkan listrik. Jadi sudah sepaket saat beli.
Widek
Huruf e di kata widek diucapkan mirip kita mengucapkan huruf ‘e’. Widek adalah anyaman bambu berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk menjemur temb4kau rajangan. Sampai saat ini widek masih digunakan oleh petani. Sehingga keluarga petani biasanya mempunyai persediaan widek cukup banyak. Saat musim penghujan dan tidak digunakan, widek akan disimpan dengan cara ditumpuk.
Oh ya, perlu saya sampaikan di sini juga bahwa kebanyakan petani mengolah sendiri temb4kau mereka. Setelah temb4kau dirajang dan kering, maka rajangan temb4kau itu akan dilipat dan ditumpuk kemudian dibungkus menggunakan sak. Cara menumpuk temb4kau ini juga butuh keahlian lho.
Nah, kalau semua sudah jadi dan tengkulak sudah menentukan harga, maka temb4kau itu akan dikirim ke rumah tengkulak yang biasanya masih tetangga kampung. Dulu mengantarnya dengan sepeda onthel, dan kini kebanyakan menggunakan motor.
Bagaimana, anda punya nostalgia dengan temb4kau? Bolehlah berbagi cerita dengan saya.