Perjalanan saya kali ini ke Makam Ki Ageng Tarub, di mana di lokasi yang sama dikebumikan Bondan Kejawan, menantunya. Pria yang saat masih anak-anak mendapat hadiah pusaka kyai pleret dan sejumlah pusaka lain dari Brawijaya V setelah menunjukkan kenakalannya dengan memukuli semua benda termasuk pusaka dan gong di paseban agung di istana Majapahit.
Pendapat jumhur sejarawan, Ki Ageng Tarub alias Joko Tarub adalah putra Syeikh Maulana Maghribi bin Thobiroh bin Jamaluddin Akbar alias syeikh Jumadil Kubro. Ibunya adalah Dewi Roso Wulan bin Wilwatikta, adipati Tuban.
Dengan demikian Wulan adalah adik kandung Sunan Kalijaga. Hanya, Nur Rahmat-nama Tarub kecil- memang tak dirawat oleh orang tuanya karena keduanya masih berproses, menuntut ilmu dan riyadlah. Dia dititipkan Dewi Kasihan, sahabatnya, seorang janda yang ditinggal mati suaminya, Aryo Penanggungan, sebelum punya anak.
Istrinya, Dewi Nawang Wulan, adalah anak dari Dewi Condro Wulan, putri raja terakhir dari Dinasti Ming dan Sunan Gresik alias Ibrahim Asmaraqondi. Nah, salah satu dari tiga putri Jaka Tarub bernama Dewi Nawangsih, dialah yang menjadi istri Bondan Kejawan. Bondan yang berguru ke Jaka Tarub atas perintah ayah yang awalnya, sebut saja, tak menghendaki kelahirannya.
Tapi jujur, saat pertama kali menyebut nama Jaka Tarub, bukan sejarah itu yang saya ingat, melainkan selendang yang dicurinya. Selendang Dewi Nawang Wulan, salah satu dari 7 bidadari yang mandi di sendang. Karena selendang dicuri, Nawang tak berani mentas, lha gimana, masak telanjang. Jaka Tarub datang memberikan pakaian Ibunya. Singkat cerita, Nawang jatuh cinta. Haha… modus.
Menyimak kisah itu, laki-laki mana yang tak ingin jadi Jaka Tarub, dan perempuan mana yang tak ingin jadi Nawang Wulan, sambil membayangkan sosok Jaka Tarub yang tampan, gagah, dan mempesona. Lalu mentas sendang digendong di depan dadanya yang bidang. So swettttt
Haha, sudah jangan terlalu menerawang, kita semua adalah Jaka Tarub, Anda semua adalah Nawang Wulan.
Sebenarnya, tidak hanya orang Jawa yang punya legenda kisah cinta yang heroik, dramatik, romantis dan mendebarkan. Di Arab ada Qais dan Laila, di barat ada Romeo dan Yuliet. Dua legenda Kisah cinta yang tidak happy ending.
Di Alquran, juga terdapat kisah cinta yang super heroik, kalau yang ini bukan legenda, bro, tapi nyata. Pertama; Adam dan Hawa, pasca keduanya dikeluarkan dari surga karena buah khuldi akibat godaan iblis, keduanya turun di bumi secara terpisah. Adam di India, Hawa di Iraq. Langkah keduanya gontai tak terarah, “Mas Adaaam,” kira kira begitu teriak Hawa mencari kekasihnya. “Dek Hawa wa wa wa wa,” panggil Adam menggema dipantulkan gunung gunung dan lautan. Setelah nyaris putus asa karena berpuluh puluh tahun tak bertemu, Allah akhirnya mengabulkan keinginan mereka. Di sebuah bukit yang belakangan diberi nama Jabal Rahmah, sebelah timur Padang Arafah, mereka dipertemukan. Hawa nangis sejadi jadinya, kira kira hingga sesenggukan dan matanya sembab. Keduanya berpelukan mesra. Chiyeeee…
Setelah itu, mereka hidup bersama, beranak pinak. Termasuk Qobil dan Labuda, juga Habil dan Iklima. Yang kisah mereka menggegerkan dunia dan isinya, dan menjadi peringatan bagi makhluk hidup hingga akhir zaman tersebut.