Sekolah Jurnalistik Sosrodilogo (SJS) #2 menggelar pertemuan ketiga, Kamis (3/2/2022) di EJSC Bakorwil Bojonegoro. Pada pertemuan kali ini menghadirkan akademisi bidang Komunikasi, yakni Ahmad Taufiq, kandidat doktor Ilmu Komunikasi sekaligus dosen FISIP Universitas Bojonegoro (Unigoro).
Pemaparan materi dan diskusi yang berlangsung lebih dari 2 jam ini membahas tentang komunikasi massa, literasi media dan masyarakat digital.
Ahmad Taufiq, selain aktif sebagai akadimisi, juga lama aktif menjadi jurnalis di Jawa Pos Radar Bojonegoro.
Dalam suasana yang tenang, diskusi berjalan dengan lancar dan asyik. Dalam pemaparan materi, ia menjelaskan tentang apa itu komunikasi massa dan bagaimana perkembangan komunikasi massa di Indonesia.
Tidak hanya itu, peserta juga cukup antusias dalam mengikuti diskusi komunikasi massa dan masyarakat digital itu.
Menurut Taufiq, media massa selain sebagai sumber informasi juga dapat digunakan sebagai sarana kontrol sosial. Ia juga menjelaskan bahwa perkembangan komunikasi manusia berlangsung dengan cepat. Manusia saat ini juga disebut dengan homo digitalis, yang merujuk pada masyarakat yang identik dengan corak interaksi dengan menggunakan teknologi digital.
“Manusia saat ini disebut dengan homo digitalis, namun realitasnya, sebagaian masyarakat digital saat ini menggunakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat,” tuturnya.
Taufiq menambahkan, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Microsoft dalam Indeks Kesopanan Digital, menunjukkan Indonesia berada di peringkat 29 dari 32 negara.
“Kita harus menyadari betul, bahwa dunia maya yang kita gunakan saat ini bergerak dengan cepat. Ini bagaikan saat kita berkendara di jalanan, kita yang sudah berhati-hati barangkali bisa celaka karena orang lain,” pungkasnya.
Sementara, Nanang Fahrudin, founder SJS juga menambahkan, sebagai pengguna media sosial ataupun media online harus bisa menempatkan suatu hal pada posisi yang benar. “Untuk hal-hal seperti hate space, menggunjing dan sebagainya seharusnya tidak perlu. Dampaknya adalah, semua yang berada dalam digital itu bisa mengarah pada ranah hukum,” terangnya.
SJS sendiri, lanjut dia merupakan ruang belajar bersama tentang dunia jurnalistik. SJS berdiri dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa semua orang di era digital saat ini adalah publisher, sehingga semua orang perlu mempelajari tentang jurnalistik.