Mie, hidangan yang tipis dan panjang, telah memainkan peran penting dalam sejarah kuliner Asia, khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Catatan sejarah mengungkapkan bahwa mie pertama kali diciptakan di Cina pada zaman dinasti Han sekitar 2000 tahun yang lalu. Dari akar ini, mie menyebar ke penjuru Asia, termasuk Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara, bahkan menjalar hingga ke Amerika Serikat dan Eropa.
Kehadiran mie telah merasuk dalam budaya dan kehidupan sehari-hari di berbagai negara. Di Indonesia, misalnya, mie kuning dengan bentuk khasnya yang lentik dan mengembang telah meraih hati masyarakat. Keunikan ini, bersama dengan sifat fisik mie yang mempengaruhi selera konsumen, memainkan peran dalam popularitasnya.
Mie tidak hanya muncul dalam bentuk yang sama di seluruh Asia. Terdapat berbagai variasi, seperti mie basah yang direbus, mie kering yang dikukus dan digoreng, serta mie instan yang praktis. Mi bukan hanya sekadar makanan; ia membawa makna simbolis juga. Dalam budaya Cina, mi melambangkan umur panjang dan kehidupan yang tak terputus.
Perkembangan mie tidak terlepas dari inovasi teknologi. Pada tahun 1854, mesin pembuatan mie diciptakan oleh Masaki, mempercepat produksi mie secara massal. Ini membuka pintu bagi evolusi lebih lanjut, termasuk munculnya mie instan seperti Chicken Ramen dan Saparo Ramen.
Kisah perjalanan mie juga melibatkan Indonesia sebagai pusat perdagangan strategis. Melalui interaksi dengan bangsa Cina, mie tiba di Indonesia, tetapi perlu penyesuaian agar cocok dengan preferensi lokal dan agama mayoritas. Dalam adaptasi ini, mie menjadi hidangan halal yang dapat dinikmati oleh banyak orang.
Seiring waktu, mie di Indonesia mengalami transformasi yang menciptakan beragam rasa dan bentuk unik di setiap daerah. Sejarah mie mencerminkan perjalanan panjang dari Cina hingga merambah dunia, menjadi pencerminan budaya, adaptasi, dan kreativitas masyarakat di berbagai belahan bumi.
Diolah dari sumber: elibrary.unikom.ac.id