Ini tentang perjalanan saya beberapa waktu lalu. Sebelum ke masjid Demak, di mana di kompleks yang sama dikebumikan para petinggi Kerajaan Demak, saya singgah cukup lama di Kadilangu, tepatnya di makam Sunan Kalijaga. Dalam hal kesaktian, terdapat persamaan antara Saridin dan Sunan Kalijaga, misalnya bagaimana dia membesut serpihan kayu (jawa; tatal) menjadi salah satu tiang utama masjid Demak. Tapi saya tidak hendak menjlentrehkan itu, selain butuh banyak variabel, persepsi kita tentang sakti juga pasti berbeda berbeda. Kita hindari perdebatan. Sebab hari hari saya di dunia nyata sudah penuh perdebatan, biarkan saya memiliki energi dan pikiran yang cukup untuk mengelola itu. Hehe. Makanya saya selalu mengutamakan sarapan. Hyee.
Saya akan coba kupas Sunan Kalijaga dari dua sisi saja untuk menjadi kaca benggala, pertama: negosiator, dan kedua: gerakan kultural. Baik, mari kita mulai…
Sebelum akhirnya benar benar berakhir, Kerajaan Majapahit yang usianya mencapai 350 tahun ini didera perang Paregrek, perang saudara yang terjadi selama 4 tahun ini benar benar menghancurkan sendi Majapahit. Ekonomi, sosial politik, budaya dan bahkan kedaulatannya sebagai negara adi daya. Perang Bhree Wirabumi dan Bhree Kertabumi itu bahkan nyaris menjadi perang horisontal karena diseret seret ke ranah agama. Apalagi setelah Raden Patah menjadi bagian dari pusaran konflik ini. Ciiitt, Rem Pol…