Burja berfikir berkali-kali sebelum memutuskan keluar dari rumah. Tidak ada tempat yang benar-benar ingin dia tuju. Yang jelas, dia hanya ingin mencari kesegaran akibat panasnya tekanan dari keluarganya di rumah. Tentu, perihal ekonomi yang membuatnya harus bertengkar dengan mertuanya. Ini bukan pertengkaran yang pertama kali. Namun sudah berulang kali.
Sudah hampir setahun ini Burja menganggur. Tiap hari, pekerjaannya tidak lebih hanya kluyar-kluyur di warung. Keahliannya yang hanya sebagai pegawai pabrik, tidak lekas membuatnya segera mendapat pekerjaan akibat menerima PHK sepihak dari pabrik tempat dia bekerja. Kondisi itu yang membuat ekonomi di rumahnya limbung.
Meski sudah memiliki dua anak yang masing-masing bersekolah di Sekolah Dasar (SD), Burja hidup bersama mertuanya. Ibu dari sang istri yang ikut nimbrung di dalam rumah kontrakan sempit di sela-sela gang kecil Kota Surabaya. Istrinya pun tidak memiliki pekerjaan tetap. Sesekali dia menjadi tukang cuci dan setlika di rumah tetangga. Namun, sudah hampir 6 bulan ini sang istri berjualan gorengan di depan sekolah yang berada di dekat rumahnya. Setiap pagi Burja membantu istrinya berjualan kue.