Tujuan Sekolah ya Tholabul Ilmi, Titik!

Sumber: Pixabay

“Kuburlah dirimu jika ingin tumbuh, karena sesuatu yang tumbuh harus dikubur terlebih dahulu”.

***

Sebagian dari kita tentu masih segar mengingat kisah ketika kecil dulu. Ketika kita mulai dikudang, mulai di-ciluk bha oleh bapak ibu kita. Hingga sesaat sesudah kita masuk di bangku playgroup.

“Ayo nak sekolah, nanti biar jadi dokter”.

Ucapan seperti itu biasa kita dengar, atau bisa saja jadi dokter itu kita ubah menjadi polisi, tentara, bidan, guru atau yang lainnya. Iya, sekolah untuk menjadi “profesional”, orang yang berprofesi.

Tentu itu tidak salah, itu benar. Semua orang tua pasti berharap anaknya kelak menjadi orang besar, orang yang sukses. Entah jadi polwan atau dokter, dan seterusnya. Dan si anak yang awalnya belum tahu istilah-istilah profesi tadi mulai dikenalkan, dijelaskan oleh guru di playgroup. Si anak kemudiann dengan cara ‘analisis’ serta alasan uniknya masing-masing, memilih salah satu profesi tadi untuk dijadikan pilihan cita-citanya.

Baca Juga:  Kehidupan Penulis dan Ulah Pembacanya; Esai R.K. Narayan

Taruhlah si anak tadi mendengar yang awalnya belum tahu apa itu dokter, dan kemudian dijelaskan bahwa dokter adalah orang yang mengobati orang sakit, ia lantas memiih menjadi dokter, begitu dengan yang lainnya, jadi polisi ataupun guru.

Di sini saya berusaha untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun, hanya saja saya kurang setuju mengapa beberapa orang tua kita memberikan penjelasan kepada anaknya bahwa sekolah itu membuat/mencetak orang menjadi seorang ‘profesional’. Bisa jadi mulanya itu iming-iming semata. Namun, jika hal ini dikatakan kepada anak-anak balita, anak-anak di mana di umur itu orang menyebutnya dengan golden age. Kalau orang jawa menyebutnya dengan istilah nyantol-nyantol e utek, maka bukan tidak mungkin ucapan itu akan tertancap di pikiran bahkan benaknya, bahwa sekolah itu untuk mencetak seseroang menjadi orang yang besar.

Baca Juga:  PPDB SMP Bojonegoro Tahun 2020 Dimulai, Catat Jadwal dan Prosedurnya

Hingga akhirnya beberapa anak akan terus tumbuh, dan mudah goyah. Orang-orang bersekolah-lulus dan mendapat profesi, itu mungkin saja tidak salah, namun tak bisa dikatakan sepenuhnya benar. Namun yang paling mendasar tujuannya sekoah ialah tholabul ilmi, mencari ilmu. Titik! Dengan demikian anak sudah diberi bekal untuk benar-benar menjalani apapun terutama menjalani kehidupan ke depan dengan ikhlas. Meski kadang terseok-seok, tapi ia tidak akan tumbang apalagi tercerabut dari akarnya. Ia akan tumbuh mengakar kuat tertancap di poros bumi.

Nah, terlepas menjadi seorang profesional (orang dengan profesi) itu adalah hanya salah satu bonus. Salah satu output nya.

Kalau kita mikirin helm melulu, kita tak akan mendapatkan motor. Kalau kita membeli motor otomatis helmnya kan jadi bonus? Para bijak-bestari lama mengatakan, tanamlah padi, maka rumput akan tumbuh dengan sendirinya, jangan kebalik.

Baca Juga:  Full Day School yang Nggak Full Day

Dan jika saya boleh menyitir kalimat dari Ibnu Atho’ilah As-Sakandari, Guru Sufi dari Alexandria ini pernah berkata dalam kitab Al-Hikam, yang jika diartikan kira-kira jadi seperti ini: “Kuburlah dirimu jika ingin tumbuh, karena sesuatu yang tumbuh harus dikubur terlebih dahulu”.

Semoga kita bisa menjadi manusia yang tumbuh dan ‘berakar’. Kini sudah berderet-deret manusia yang tumbuh tanpa ‘akar’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *